Rabu, 29 Juli 2009

Mengawali Agustus...

bulan juli telah berlalu dengan sekelumit cerita
di hadapan bulan ini aku merenung diri..
bahwa sebentar lagi umur kemerdekaan bangsa ini akan bertambah lagi.
bulan ramadhan pun segera menjemput ampunan dan limpahan barokah-nya...
Ya... Robb,
alangkah indahnya bulan yang Kau ciptakan...

dimana letak kekurangan hingga kami mengapa begitu banyak lupa,
terlalu sering khilaf,
jarang mensyukuri...
sungguh kesalahan telah menutupi begitu banyak kesempatan untuk berdzikir.
kuharap tak pernah Kau sesali penciptaan hamba

Robb, dalam berjuta tahun yang telah ada hamba tahu Kau terus mencurahkan cinta-Mu

di bulan agustus ini, hamba bahagia telah Kau sampaikan
sebentar pun ujian akan tiba,
selalu kuminta ampunan dan pertolongan-Mu...
mudahkanlah hamba dan ridhoi setiap ilmu yang telah Engkau titipkan di hati kami,
moga kelak mengantarkan kami mendapatkan surga karunia-Mu...
19:08
4 agustus

Marhaban YA Ramadhan..



dari jarak yang tak jauh lagi kuukur
Ramadhan telah menanti di ujung mata
kembali bersemangat telingaku mendengar detak jam
rindu bertambat lagi... tetesnya begitu hangat
desau nafas lelah kehidupan semoga akan terobati

kerut udara di cakrawala semoga kembali mulus

kita (walau tak semua) dan alam sedang bergembira menjemput ramadhan
dalam hitungan hari...

sisa sebulan lagi, jiwaku!
dan sujud yang memudar kuharap tak sekedar sesal

kering tandus jiwaku
bersama dz
ikir yang terurai
kan kutata lagi dalam ramadhan
anugerah-Nya
Robby... akankah aku punya kesempatan untuk bersua?

Minggu, 26 Juli 2009

mereka menyebut kita...

mengapa mereka menyebut kita "Teroris"?
tidakkah mereka melihat indah dalam Islam kita?
Tidakkah mereka temukan bahagia dalam agama kita?
Ah, mereka hanya mengada-ada
Tak pernah merasakan hidup dalam hujanan rahmat Ilahi
Andai saja mereka sejenak ingin duduk-duduk bersama kita
Mendengarkan kita bercerita tentang perjuangan Sang Nabi
indahnya ukhuwah,
itsar,
dan kesabaran..
Mencicipi lezatnya hidup bersama islam, maka takkan pernah terucap apa yang mereka tuduhkan kepada kita
Hanya saja Allah memang telah mengunci hati mereka untuk menerima tawaran kita
Telinga mereka telah bebal.. Dan kebencian telah menggunung.
Sekarang dan selanjutnya terserah mereka akan katakan apa!
Satu kepastian bahwa islam bukanlah seperti apa yang kalian tuduhkan!!
Islam adalah agama yang penuh kedamaian!
Ingat itu!!

Kalian Adalah Pujangga Masa Depan!




... hari ini aku mulai membimbing mereka merangkai kata,
"Anak-anakku, siapa yang mau jadi penulis?"
acungan tangan ada beberapa.

dan merekalah pujangga masa depan
memahat kata dari hati
memugar dunia penuh kedamaian
harapanku...

aku percaya itu.. maka langit menjadi saksi
suatu saat nyanyian kebenaran ada ditiap tarian pena kalian
karena kalian adalah pujangga masa depan
yang akan bercerita tentang musim
tentang gerimis disenja sunyi
pun tentang senyum bahagia anak-anak mujahid yang telah yatim
atau tentang mereka yang selalu mencari celah tuk hancurkan kita...

... Anak-anakku...
kalian adalah pujangga harapan
teruslah meranngkai abjad
hingga punah kezholiman, hancur penindasan, biaskan penjajahan..
Insya Allah...

at Madrasah Ibtidaiyyah TAhfizhul Qur'an Al-Azhar
08:56
senin...

Sabtu, 25 Juli 2009

Di Pelataran Rindu Aku Menunggu...



di pelataran rindu aku menunggu
menanti sang cinta mengajak pergi
dari peluh gerak hidup, masihkah aku dalam jalannya?

sebuah biografi lusuh karena terus terbaca
meski tak semua belum sempat aku teladani...
waktu dan proses adalah detik yang bergerak perlahan...

selalu di ujung pengharapanku
aku akan dijemput dalam bahagia
setelah menjual nyawa di jalan-Nya
menggapai-Mu...
menggapai-Mu...
Ya Robb...

angin datang membawa gerimis
dan gerimis telah menjelma dalam hujan
di dermaga rindu aku masih berdiri
dan sang cinta kapan akan menjemput pergi?

sendiri, 20 juli 09
ghurfah muthmainnah 08:59

Minggu, 19 Juli 2009

Asaku...



Robby...
kumemohon disaat cita itu berkobar indah
semakin lama aku dalam tepekur,
semakin dalm aku dalam sujud,
semakin lagi aku meminta
agar hamparan sajadah memanjang hingga ke lauh mahfuzh
menemukan jawaban dari setiap pinta.
walau ada yang tak terbalas,
kutahu bukan karena menolak (karena kutahu Engkau malu),
bukan pula karena tak cinta (karena kutahu Engkau Maha Tahu, lebih... lebih dari apa yang aku paham)
Engkau hanya sembunyikan hikmah bertabur kasih sayang.
yang sungguh tak mampu aku takar walau dengan timbangan apapun.

Ya Robb...
dalam bibirku bergelayut beribu harap
dalam jiwaku bersemayam berjuta pinta
asaku takkan menjadi berkurang
walau tak semua harus terjawab
walau tak semua terkabulkan
maka kau akan terus maminta
hingga desah nafas terakhir...
Insya Allah

10:54pm
18juli

Jumat, 17 Juli 2009

Di Hari Ulang Tahunmu...





Assalamu'alikum
maka 19 juli adalah hari dimana bertambahnya usiamu adindaku...
dan kita tidak akan pernah tahu sampai dimana batas waktu yang telah digariskan oleh-Nya untuk setiap diri kita. sementara waktu tak pernah mengingatkan kita bangun dari lelap indah dunia. yang ada kita semakin nyenyak dan lupa.. bahwa suatu saat kita akan pergi... meninggalkan semua yang terindah, yang terindah untuk sesaat, terindah dalam pandangan mata dunia padahal sejatinya semau ini adalah semu, fana, akan berakhir dan pergi.
adindaku, diriku tidak sedang merangkai kata tentang dunia.. karena dunia itu memang selalu indah bagi yang tak tahu hakikatnya.
adindaku... di hari berbahagia ini, di 19 juli, aku penuh harapan untukmu agar bisa lebih baik dari kemaren.. seperti yang selalu dianjurkan oleh Rasul kita. agar engkau semakin cantik, cantik hati dan wajahnya.
semakin dicintai oleh Ilahi denga limpahan barokah danridho di setiap langkahmu menuju kebaikan..
maafkan diriku bial ada luka yang pernah tergores dihatimu...
agar kaki ini lapang dalm melangkah ke depan, meski dinda..aku kadang menjadi tidak tahu bagaimana menjadi saudari yang baik untukmu.... . tetaplah tersenyum.
aku dari jauh selalu penuh harap dalam doa.
selamat ulang tahun..
dariku
SYifa amatullah..
colly binti andi Muhammad yani

Perjuangan Cinta



Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu.Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta. Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
“Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta.
“Aduh! Maaf, Cinta!” kata Kekayaan, “Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.”

Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.

“Kegembiraan! Tolong aku!”, teriak Cinta.
Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik. Tak lama lewatlah Kecantikan.

“Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!”, teriak Cinta.
“Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini.” sahut Kecantikan. Cinta sedih sekali mendengarnya.

Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan.
“Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu,” kata Cinta.
“Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…” kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!”
Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi.

Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.
“Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu.” kata orang itu.
“Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku” tanya Cinta heran.
“Sebab,” kata orang itu, “hanya Waktu lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu …”

sumber : www.islamdotnet.com

Kamis, 16 Juli 2009



Dan persaudaraan sampai kapan terus diagungkan?
Risih sudahkah tak lagi menghinggapi hati, agar ia jernih menerima ikatan dari setiapa benang ukhuwah yang tersodorkan?
Perih bila ingatan jatuh pada penghianatan.
Beberapa telah datang atas nama Ukhuwah tapi kemudian bias...
Tak lagi mampu ditangkap mata.
Meringis atau bahkan menangis kembali menjadi lazim. kenapa duka Ukhuwah jauh lebuh sakit?.
Lalu bila ada yang datang, aku bolehkah rasa jera?.
Mereka bahkan ada yang bertanya, "bolehkah?"
( dan salahkah aku bila ragu untuk menjawab? )
ada yang ingin kembali, "....?"
ada yang menagih "kenapa tak seperti dulu?"
ada yang meminta "....?"
( aku bingung , berat untuk bergerak.. )

dan Mengapa?
mengapa masih saja bertanya?
mengapa tak mencoba untuk memulai?
Mendekatlah!!!
sentuh hatinya, ukir senyumnya, dan lepaskan tawanya...
karena ukhuwah tidak tak cukup sekedar harapan. Kumohon jangan terus menanti, kejar dan raihlah Ia. pecahan piring memang tak bisa lagi kembali utuh... tapi, kau mampu untuk tak membuatnya berserakan.
ketika ujung mata enggan jatuhkan pandangannya, doa ternyata tak cukup. Karena rasa dalam hatiku benang-benangnya teramat rapuh. aku takut terluka... itu saja!

Lalu kenapa masih disitu?
Kumohon mulailah untuk mendekat... buktikan ...
Hingga keraguan hingga hati terikat, dan agar cinta akarnya terus merambat!

Notes:
( Juga sebagai jawaban dari bebrapa pertanyaan yang datang, semoga bisa membuka jalan untuk menguatkan tali ukhuwah dan agar ia mampu melebarkan jaringnya! )
( Huuh... egoisku sedding..!!! )
09:40 14 juli 09

Minggu, 12 Juli 2009

Renungan Diri...



Dari jejak perlahan kutengok diriku sendiri. Dalam gambaran rasa aku melihat sebuah kekerdilan dari keringnya jiwa. Aku melihat lemah ditengah asa yang menghimpit. Deru panas nafas diserbu berkompi-kompi pesimis. Menggeliat bagai cacing diberi garam.
Jari jemari tangan kanan mencoba mengurai "takut" sementara jari-jari tangan kiri menguatkan simpulnya. Perasaan selalu mengusap-usap dada untuk terdiam akan persaudaraan dan kebenaran. Kekhawatiran akan luka yang mungkin tertoreh, menahan bibir dan mengelukan raga. Menjaga perasaan dan phobia seharusnya tak jadi alasan untuk apapun tak membuka mata. Jenuh dan letih sudah aku memahami, apakah itu yang akan jadi pembelaan diri?.
walau diampun ternyata tak bisa membantuku untuk tak tersakiti dan menangis. Memendamnya berlama-lama, kutahu akan meledak suatu saat.
Meski telah sedikit terobati dengan tarian pena pada arena kertas yang akan berbicara, bercerita pada semua orang.
Tapi apa gunanya?.
Bila hanya menghuni benak dan tidak terlukiskan dalam realita?
.....
Seperti tiap berlalunya detik dihadapan angka 1 hingga 12, aku hanya selalu disibukkan oleh perasaan...
Memberontak!!.
Berteriak dalam sepi dan memecahakan bola-bola air mata yang terurai pada gelindingan dikedua pipi. Mengadu dan merengek-rengek pada Ilahi....
Sungguh memalukan rasanya.

(Semoga Ia Yang Maha Mendengar tak pernah jenuh dengan permintaan dan kecengenganku... Ya Robb, pada siapa lagi aku akn meminta bila bukan kepada-Mu)

Aku tak ingin sekarat apalagi mati dalam kungkunganrasa. Egoisme, gemanysa terus memebahana. Aku harus mencari sesuatau untuk menyadap gemanyha.agar kedap dan musnah.
agar manisnya Ukhuwah mampu kukecapsebelum ajal menjemput.agar menjadi manusia besar yang tak pernah mati.
Agar tak pernah hilang di hati orang-oarng yang pernah bersama dalam satu fase kehidupan...

Malam 11 juli...

Kamis, 09 Juli 2009

Kita...


Kita tidak ingin menjadi manusia yang sekedar menjadi bagian arus perjalanan waktu yang terus mengalir tanpa bisa dihentikan. dam ketika habis masanya di kehidupan, ia segera dihempaskan kedalam tong sampah keterlupaan. karena kita adalah manusia besar, yang tak pernah mati walau telah berkalang tanah. sebab nama kita telah ditorehkan di setiap hati dalam perjalanan hidup!

Minggu, 05 Juli 2009

Yang terpendam...sebuah puisi....


puisiku tanpa judul...........
kutulis dengan segala rasa di jiwa
kususun dengan bait-bait rinduku
kurangkai bersama asa yang bertumpuk di kalbu...

Jumat, 03 Juli 2009

Lantunan jiwa



Terdengar sendu dalam jiwa

Sayup-sayup dawai cinta yang mengalun menjauh

Biar…

Aku harus belajar untuk tidak peduli

Aku ini siapa?

Aku yang berjalan dan engkau yang jadi bayangan..

Kamu ini siapa?

Aku ingin beranjak membentang waktu..

Menjauhkan diri dari hingar bingar cerita orang-orang

Yang engkau timbulkan untukku

Jangan lagi buat aku manusia yang tak mampu menahan bendungan air mata!!!

Pergi…




Sebelum matahari tenggelam,

18:40/24 februari 07

Revisi kembali:2 juli 09

Engkau butuh Ia…


Engkau butuh Ia...

Jauh dari butuhnya engkau akan hati untuk merasa

Engkau buth Ia…

Malebihi butuhnya dahagamu akan air

Melebihi derita sang rindu akan sebuah pertemuan.

Ya…

Butuhnya engkau pada-Nya, jauh lebih dari butuhnya tanga untuk mengores pena

Melebihi akan cinta…

Meski…

Ia tak pernah membutuhkanmu!!!

Tak pernah!

Allahu Robbiy…

10:31

Determine Your Destiny!


Allah beri kesempatan hidup sekali, so hiduplah penuh arti!

Rasulullah bersabda:

“Rabbku menawarkan padaku untu mnejadikan Makkah sebagai lautan emas. Maka aku menjawab, “tidak ya, Robb… aku hanya ingin kenyang sehari dan lapar sehari. Sehingga aku lapar, aku akan merendahkan diri dihadapan-Mu. Jika aku kenyang, aku akan bersyukur dan memuji-Mu”

Subhanallah, dunia didatangkan kepada Rasul, tapi beliau malah menolaknya. Lalu, mengapa kita malah mengejar dunia?

Kita, dimanapun kaki kita berpijak ketakutan seolah menyerang dari segala arah. Hidup menjadi semakin sulit. Ekonomi, politik, pandidikan selalu diliputi berbagai masalah. Sementara itu, diri pribadi merasa bingung untukmlakukan apa. Tanpa tersadar, apa yang terjadi justru menyenangkan hati musuh-musuh kita. Inilah yang mereka inginkan!. Fitnah, bukankah ini yang dinamakazn fitnah?. Lalu, akankah kita akan terus buat senyum mereka mengembang?.tidakkah kita merasa tertipu, dan membuat mereka bangga dengan semua ini?

Masihkah kita mampu untuk buktikan firman Allah dalam kitab-Nya:

“Kuntum khaira Ummah. Kalian adalah ummat terbaik!

Ukhrijat linnasi, yang dilahirkan kepada manusia!”

Kini, tersesatlah kita di tengah hutan sendiri, diantara pohon-pohon ysng kita tanam sendiri. Sementara kompas amsih di tangan kita, hanya di tangan kita… yang kita lihat tapi tak kita jadikan petunjuk, tak kita jadikan pedoman dalm menempuh perjalanan… seerti itulah al-qur’an, kitab suci kita!

Kita tak mungkin terus dalm kebigungan, dalam ling-lung, dalam huru-hara, prahara, dan problema. Lalu kita akan memulai dari mana untuk berubah?

“kalau kita tidak segera melangkah, maka kita akan kehilangan banyak kesempatan, kehabisan energi, dan memubadzirkan banyak potensi”

Perang belum lagi dimulai, dan kita telah pesimis dalm perasaan kalah. Bila langkah maju tak segera diayun maka kekalahan akan benar-benar menimpa, sebelum perang bertarung. Maka tak ada jalan alin selain kembali kepada-Nya!.

“jangan putus asa dan merasa khawatir, sebab selalu ada kesempatan untuk menaruh harapan kepada Allah. Semua dapat berubah degan kekuasaan-Nya!”

Percayalah sepenuhnya akan semua janji yangtelah difirmankan-Nya. Karena kepercayaan akan melahirkankekuatan berselimut motivasi. Ia dalam firman-Nya:

“wa ka_na haqqan ‘alaina_ nashral mu’mini_n, dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orag beriman”

Yakinlah pada-Nya, dan mari bersama langkahkan kaki menggapai tujuan hidup!!!

Allahu Akbar!!!

½ second

Tersenyumlah mentariku

Padang rumput telah menantikanmu

Embun malam masih tersisa diujung-ujungnya

Apa kamu tahu betapa membosankannya penantian itu?

Duduk termangu menanti kabar yang tak pasti

Hujan dan mendung telah silih berganti

Detik dan waktu terus berlalu dan mengejek

Menyiksaku yang tak yakin dengan semua ini

Tak yakin dengan kekuatanku

Bunga itu hampir saja layu

Menghitung hari masih mungkin untuk aku lakukan..

Hanya untuk melalui masanya, itu yang aku ragukan

Apalagi waktu bukanlah milikku

Aku merasa diperdayai oleh setiap detik

Semuanya menjadi buta dan hampa kini…

Aku dengan segenap kekuatan mengazzamkan bahwa aku harus pergi

Aku harus lepas

Merdeka..

Dari semua kungkungan

Dari semua keraguan

Dan,

Dari semua sakit yang ditimbulkannya

Masihkan tunas itu akan tumbuh di tanah kering tak berair?

Aku kini menghitung setengah detik dari waktuku

Yang aku tak yakin masihkah mampu bartahan…

26 mei 07