Kamis, 30 April 2009

rihlah ke akkarena.....


beranjak meninggalkan Azhar sekitar jam sembilan. pete2 terus melaju meraba jalan dengan roda-roda hitam yang mulai menghalus. mencapai pantai dengan ssedikit berdesakan di jalan.
Akkarena....
kami buka dengan menyebut dan mensyukuri limpahan nikmat-Nya. kemudian kami menuangkan aksi dan gaya dalam potret. agar mata nantinya masih mampu mengenang walau telah berlalu waktu.
dan akhirnya...
aku menyatukan diri bersama berjuta pasir dan deburan ombak. sapuan angin seakan menggiring mereka untuk saling berkejaran ...berlarian ke bibir pantai dimana ujung air berbisik, gemerisik. aku menapaki pantai dengan langkah cepat-cepat, menghitung jejak kaki dan menyusun pasir yang tak pernah mampu meninggi karena ombak datang dan meruntuhkannya. aku tinggikan lagi dan ombak menyambarnya lagi...seperti semangat yang selalu terserang jenuh. aku meraba air menuliskan nama di atas pasir tapi ombak menghapusnya tanpa perintah.
aku mulai melangkah menerobos ombak yang mencoba menghempaskanku... terus berjalan hingga mata sejajar dengan air. yang nampak dihadapanku hanyalah bukit-bukit air yang selalu berubah, tak tetap
Akkarena....
menyisakan berbait-bait suka di kertas curahan hati
Akkarena....
Akan terus terkenang.

beauty Akkarena...
5 maret 09

ya Allah bagaimana mungkin aku?

dari bilik cinta, anganku menerawang jauh
megejar hujan harapan yang tak kunjung reda

ya Allah bagaimana mungkin aku?
dengan dosa yang berpasir
dengan pikir uang jarang mengingat-Mu...
dengan jiwa yang munafik

derai air mata sesal tak mungkin jadi obat
apa gunanya?

sesal itu tak mungkin punya kekuatan untuk mengembalikan yang telah berlalu

aku kelu...
lisanku telah terpasung dosa..
jiwaku penuh oleh rantai maksiat
lukaku semakin parah

ya Allah...
aku hamba-Mu
sungguh telah terlempar jauh dalam kelam
kembali jauh dari satu titik cahaya cinta-Mu..

ya Allah... hamba takut murka-Mu
mohon jangan hukum hamba atas lupanya hamba akan diri-Mu..

4 maret

......

hari ini bumi menyaksikan aku dengan aliran deras air mata dari bendungan yang tak mampu lagi menahan arusnya. air mata yang membantuku mengungkapkan gambaran hati,aku merasa kehilangan kepingan hatiku lagi.
aku yang menyuruhnya pergi karena aku telah melakukan kesalahan. meski perginya tidak untuk abadi dan akan kembali. ia hanya akan merintis jejak menyusuri lorong waktu kehidupan dengan membawa sebuah tekad,meniggalkan duri yang telah menancap kuat dalam raganya.
hitungan detik terus menderaku untuk menahan alirannya, tapi ia terus berjatuhan dan tumpah.
aku hanya ingin kebaikan itu memenuhi rongga dadanya.meski mungkin sulit tapi aku yakin, dalam jiwanya bergejolak keinginan pasti untuk berubah. karena aku tak mungkin membiarkannya terkurung dalam jebakan, tak menghiaraukan duri dalam dagingnya berlama-lama hingga bernanah.
mungkin ini buat hatinya sendu. tapi ya...Allah jangan engkau biarkan dia teteskan air duka dipipinya, karena ia tak pantas untuk itu.
dalam asa aku bergumam moga tak pernah menjadi sebuah kesulitan hingga waktu butuh begitu lama berputar untuk ia mampi kembali. kembali dengan sebuah senyuman bahwa ia telah melepaskan duri itu.....
Ya Allah...hamba mohon beri kekuatan dalam tiap desah nafasnya agar ia hirup cint ayang kan temani perjuangannya.

Ya Allah...salahkah bila ku bersaudarakannya?

7 april 09
kitulis bersama saudariku Fathiyah, at bhi-bhi...
05:35pm
30 april 09

Mencari Cinta...

dalam qalbuku mengalun nada tak bernotasi
mulutku dengansuara-suara tak bermakna
tanganku menggores sajak tak bersyair
kucari hidupku dalam hingar bingar musik tak bermelodi
kupetik gitar yang tak bersenar
tiada daya upayaku mencari ointa


para nelayan menyimpan rahasia
tak mudah mencari mutiara di dasar lautan


ketidakberdayaanku menghadapi segalanya
seperti bintang yang tak mampu kuraih..

12 sep

Rabu, 29 April 2009

Andy Colly Poji as Syifa


Setelah melewati perjuangan panjang ibunda, dengan mempertaruhkan nyawa dan mengerahkan seluruh tenaga, akhirnya…di tengah-tengah keluarga yang masih sangat kental dengan kebugisannya, tepat 12 menit sebelum pukul 12.00 WITA, tanggal 22 Mei 1989, terlahirlah ke dunia seorang bayi perempuan yang kemudian diberi nama oleh kakek buyutnya
__________________“Andi Colly Poji”_________________
Nama yang kemudian sering membuatnya menangis karena selalu menjadi bahan olokan teman-temannya semasa kecil. Pun juga sering membuatnya tidak percaya diri. Namun kemudian dengan nama itu pula, terkadang membuat ia bangga karena nama itu, ternyata nama seorang pahlawan wanita yang juga seorang penyair, sastrawati pertama di Sulawesi Selatan yang menghafal syair-syair dalam Sureq La Galigo. Tapi, kebanggaannya itu jauh lebih sedikit dibanding kesedihannya.

Selama ini, ia sering merasa tidak senang di panggil “Andi Colly,” oleh karena itu teman-temannya semasa SD, SMP, dan SMA memanggilnya “ANCOL,” akronim dari namanya. Hingga kemudian tamat di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Yasrib Watan Soppeng dan kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhar, namanya dihijrahkan oleh ustadzah menjadi “Syifa,” yang berarti obat, semoga kelak mampu mengobati luka, menghilangkan duka, dan menepiskan lara. Amin.

Anak pertama dari 3 bersaudara ini dulunya aktif di bidang Humas OSIS Pondok Pesantren Yasrib. Ia punya keinginan besar untuk bisa mewujudkan keinginan orang tuanya, Andi Muhammad Yani dan Andi Asmawati yang selalu berharap anaknya akan menjadi manusia yang banyak manfaat bagi orang lain. Dan akhirnya, itulah yang terus mendorongnya untuk terus berusaha lebih baik dari hari kemarin.

Hobinya, membaca buku, dan paling suka membaca buku yang menceritakan dunia fantasi dan mengembangkan imajinasi. Olehnya, ia ingin menjadi dosen hukum dan penulis. Karena baginya, berbagi ilmu adalah perbuatan yang paling mulia dan tentu saja bisa memberikan peran sebaik-baiknya, kontribusi sebanyak-banyaknya, serta menjadikannya ladang untuk beramal yang sebesar-besarnya.
Semoga tercapai. Amin.