Jumat, 30 Oktober 2009

Empty Dream



Lalu kapan aku menjadi paham

Kenapa ia tak takdirkanku menjadi seorang adinda

Dari seorang “KAKAk” dari rahim Ibunda

Kurasa tak perlu lagi mengaliri pipi dengan mutiara retina

Karena sebuah kemustahilan, itulah jawabannya!

Maka ini bukan lagi setumpuk awaqn mimpi

Melainkan hanya sebuah hayalan kosong

Yang kemudian tertiup angin realita…

Pergi dan sirna…

lalu apa maumu sekarang?”, tanyanya.

tidak!, tidak ada!!!”, aku hanya mampu menunduk, memilih kata diam. Mengunci bibir dengan isakan.

Dari seribu senja penantian bodohku… kini harus segera kuakhiri…

Karena sia-sia, itulah yang akan aku temukan..

karena mimipimu hanya sekedar khayalan…

Takkan pernah kau temukan,

Takkan pernah kau dapatkan,

Hingga habis kata,

Hingga habis masa…”

Minggu, 25 Oktober 2009

I Can't!!



Aku mengapa tak bisa penuhi janji untuk tak menangis?

Aku telah menjaga benteng agar tetap kuat,

Tapi terkadang tak bisa bertahan.

Lalu aku akan menyalahkan siapa?

Arah perahu tak satu dengan laju angin

Debu di kaki telah menebal

Langkahku semakin menjauh

Disisi jalan kucoba meraih hikmah hidup

Kapalku akan merapat di pelabuhan kematian nanti

Kutak ingin membawa sesal,…

Meski pasti akan ada!

…Tuhan…

!!!!!

alng-alang


Aku siap dengarkan apapun…
Aku menanti dalam bimbang…
Siap dengarkan semua kisah yang telah terjadi,
Apapun itu… baik atau burukkah!
Karena aku selalu yakin akan janji-Nya
…takkan melebihi apa yang aku sanggupi

…Ia jauh lebih tahu!...
YA Robb, semoga realita tak seburuk apa yang terbayang dalam benak,
Saatnya untu memanggil nurani.
Memintanya untuk berani menerima tempaan ujian, bagaimanapun beratnya.

Aku telah terkejar waktu,
Tak ada lagi masa untuk menyeka mutiara retina yang untaiannya semakin memanjang di dataran pipi.
Maka aku harus bersegera,
Berlari…

Kemana mereka yang telah berjanji?
( Ah, tidak semua harus tahu, bukan?)

Maka kini jadilah alang-alang dihati tunbuhnya semakin melebat dan apakah aku menjadi bagian dari dosa karena tak pernah mengulurkan tangan untuk menyiangi?
(tidak!, aku bukan tak pernah menyiangi, hanya saja tak pernah sempurna ulurannya. Terlalu sedikit mungkin!. Lalu apa guna menyesali yang telah lalu?)
Maka jadikan aku Ya Robb, racun yang merembesi alang-alang hingga akarnya,
… lalu buatnya mati!!!
Robb, jadikan aku setegar mentari yang tak pernah jenuh putari bumi!

Jumat, 23 Oktober 2009

Terluka lagi, Saudaraku!

" kehidupan yang tiada bisa tebak, kebanyakan logika menjadikan lupa diri dan mengingkari jati diri. Membentuk jati diri semu.", risalah yang kuterima darinya, yang tentu saja ia awali dengan pertanyaan lazimnya atau memang sekedar basa-basi.
Semoga hanya sekedar ke-sok tahu-anku akan keadaannya... dia terjatuh lagi, dia terluka lagi.
Lalu bagaimana aku menjawab pintanya?.
Kucoba membalasnya dengan canda, kutahu ia tak cengeng. Jiwanya kuat, Insya Allah!
Dan kemudian datang lagi risalahnya,
" semakin lama berpikir, semakin kehilangan makna. Terlalu jauh ku pahami sesuatu, makin tenggelam dalam kedunguan. Aku hilang dalam kenyataan."
ia kembali dalam lemah.. Meski kuyakin semuanya adalah hasil penghitungan diri.
Kukirimkan padanya tarian pena Mbak Afifah Afra,

' ada yang terbunuh
saat tubuh tak mengucurkan peluh
: nurani
ada yang telah tersita
saat tubuh tak tergores luka
: jiwa
maka
peluh kubiarkan menari
luka kubiarkan menganga
sebab
Tuham mencipta peluh untuk berkaca
mencipta luka untuk bercerita'


ya.. Robb, jangan Engkau tenggelamkan ia ke dalam lembah yang tak mampu ia jangkau. Kuatkan dalam tiap langkahnya..
Amin
4 Zetta!

Selasa, 20 Oktober 2009

Kemana Ocha?

Sebelum meninggalkan Soppeng aku masih sempat menemuinya. Mengambil buku The True Life of Habibie yang aku pinjamkan sekaligus berpamitan. Kulihat ada semburat sedih di wajahnya. Tak kulihat dia bersemangat. Tapi tentu saja tak bisa Ia sembunyikan perasaan bahagianya bertemu denganku (Bukan narsis atau apa lho?:-D). Kutahu dia menutupi sesuatu. Hm.. dan selalu saja tak mau Ia bercerita padaku. Dia memang tertutup, tapi seharusnya tidak padaku kan?. Dia sahabatku, sejak lama. Atau dia memang pantasnya jadi pendengar saja, soalnya setiap aku terdiam dia selalu memintaku bercerita. Dan bila aku yang memintanya, jawaban yang sama untuk pertanyaan yang juga terus kuulangi, "aku mau cerita apa, Syif? Kau lihatlah perjalanan hariku, begini-begini saja dan selalu begini. Tak ada yang istimewa, kecuali satu, memiliki sahabat sepertimu tentunya!". Ah, Ocha.. Ocha..
Satu kalimat terakhirnya yang aku simpan baik-baik, "maafkanku bila tak seperti inginmu lagi!". Baru kusadari kebodohanku mengapa tak pernah kutanyakan apa maksudnya.
Berhari-hari aku menunggu kabarnya, hingga hari-hari itu bergumul. minggu demi minggu, kemudian minggu putarannya menjelma menjadi bulan. Dan bulan-bulan ini semoga saja tak menyimpul jadi tahun. Handphonenya gak aktif-aktif, sms-sms yang kukirim gagal dan gagal. Kemana Ocha?
Tak biasanya dia begini.
Setiap hari kutahu ia sangat sibuk. Pasien-pasiennya tak henti berdatangan. Pagi-pagi hingga petang menjelang ia tak pernah berhenti. Tubuhnya penuh oli, tentu saja karena ia montir profesional di bengkelnya..
Tapi,
Ocha..a..!!
Dimana dikau kini?
(bersambung jo!)

Minggu, 18 Oktober 2009

Rumah Cinta

Di rumah cinta aku menekuk diri, memeluk lutut yang tak aku rindukan dan bukan pula karena menggigil. Aku hanya mencoba menata hati yang menumpang di jasad berdebu. Mencoba menjawab beribu pertanyaan yang menjelimet didalam batok kepalaku. Kenapa aku masih saja tak mampu memunculkan alirannya lewat untaian cinta dari bibir?. Kalau Ia berpikir aku tak sayang mungkin inilah kekeliruan terbesar. Smoga Allah meridhoi, aku sungguh mencintainya. Mengingat kesalahan ini membuatku tak pernah mampu menahan bendungan air mata agar tak jebol. Atas nama ukhuwah aku masih melakukan tugasku, hanya saja ketakutan adalah penghalang terbesar, phobia dan terlalu larut dalam syak wasangka hingga aku tak berani mengungkapkannya langsung. Atau lewat siapapun yang mengakrabi dirinya. Dan aku mengerti bukanlah alasan yang tepat bila aku menjauh, menjaga rasa.. Tapi itulah realitanya. Aku pernah menemukannya, hingga goresan itu semakin dalam saja dan tak berani mendekat.

Robby.. Aku tahu inh juga menjadi bukti bahwa cinta itu lemah adanya. Andai memang telah mengakar dalam tentu aku tak peduli lagi dengan perasaan.
Bodoh.. Bodoh...

Ketika kutersadar akan kelalaian, aku kemudian tergiur oleh godaan, meminta waktu untuk belajar. Menunggu sang hati untuk menapaki proses. Tapi aku benar telah tergoda... Sekian lama waktu berlalu, aku hanya membiarkan waktu semakin lama berputar. Lalu dalih-dalih busuk mengalir dari bibir, "aku sedang belajar.. Dan aku butuh waktu!!"

waktu membuat akt terlupa bahwa ini hanya permintaan syetan agar aku sdmakin terpuruk dalam rasa. Memperturutkan keinginan. Menambah lagi alasan untuk menangis..

Di rumah cinta aku terbangun lagi. Maka bolehkah aku berjanji untuk tidak melakukannya lagi?.
Dan tolong izinkan aku melakukan tugasku dalam ukhuwah atas nama cinta, cinta yang tulus karena Ilahi.
Di rumah cinta aku menyeka air mata.

Saudariku.. Izinkan aku mencintaimu lebih dalam..
Karena Allah..

Hanya karena Allah..

Jumat, 16 Oktober 2009

Dimana Kapal Pandangan Kita Akan Berlabuh?

Esok ataukah lusa, pandangan kita tlah di penghujung jalan
tak lagi ada yang samar..
Hitam dan putih, hanya itu!
Dan aroma tanah, menari di hidung
siap memberi jatah bagian yang mana untuk kita tempati

maka kini seharusnya tak lagi kau tipu dimana panah mata ini akan melesat.
tlah jelas dimana akan merapat sang kapal.
tak usah kau timpuk dengan uang,
karena aku takkan peduli!
Tak usah kau rayu dengan kekuasaan,
karena aku tak seperti KAU!!
(yang rakus akan kursi dan posisi)

membuatmu tertutupi oleh kabut persaudaraan
mendung,
tapi hujan takkan turun basahi kering jiwamu!
Atas nama kami yang kau lupa,
salah berlaku olehmu
Luka besar kubawa bersama,
merapat ke dermaga pandanganku nanti,
di ujung derai air mata duka.
Saudaraku..
Tetaplah dlm tali ukhuwah ini..

Rabu, 14 Oktober 2009

Robb.. Engkau masih mendengarku?

Berat!, semua memberatkan kepala.
Peluru masalah bertubi-tubi ditembakkan ke arahku.
Difitnah dan difitnah, selalu dan selalu.
Terlelap dalam mimpi, kutak mampu, gelisah dan resah. Terhantui semua akan problema.
Pesimisme, kumohon untuk menjauh.
Biarkan aku tercekik, tunggulah nanti apa akhirnya.
Ingin tuangkan tangisku pada siapa?
Ingin kubagi dukaku sama siapa?

Aku didorong ke pojok hingga tersudut.
Dijebak untuk terjepit.
Diberi pilihan sulit, tak mampu berkelit.

Dengan alasan "CINTA"kah, kalian membuatku sakit?
Atas nama " PERSAUDARAAN"kah, kalian lakukan ini?

Membuatku bertanya, " Aku kenapa? ", dan " Kalian siapa?".

21:09
;-( when i'm sad!

Kini Dia Tlah Pergi..

( Dan berkuranglah jumlah bintang, tapi pendar cahaya semoga smakin menerangi kelam malam yang sepi..
Kini sisa 7 bintang )

Tanpa menoleh, kutahu kau pergi membawa luka..
Melepaskan ikatan ini kutahu tak pernah engkau harapkan..
Terus berjuang bersama disini adalah inginmu,
lalu ketika mereka memutuskan, engkau merasa sia-sia. Walau sejatinya tak begitu. Hanya saja hikmah belum kita temukan, sahabatku...
Membuatmu terluka pun bukan pinta mereka.
Karena mereka lakukan ini, semua untuk yg terbaik untukmu!
Hentikan tangismu!
Smoga kan kau temukan hikmah cinta yang akan mengubah sesalmu menjadi kesyukuran tiada batas.
Pergilah..
Kumelepasmu dengan tangis..
Kelak Allah kan pertemukan kita dalam reuni abadi di surga, Insya Allah..
Amin..


Kepergian seorang sahabat +-19:00
13 okt 09

Sabtu, 10 Oktober 2009

Allah tahu Bagaimana...



Setiap ujian adalah bertambahnya kekuatan, bukan begitu?
Sebulan menjelang Ramadhan, Allah mengabulkan pintaku. Dalam benak Sering timbul asa untuk sedikit merasakan sakit. Mencuri sedikit jenak-jenak kegiatan untuk beristirahat. Mulai dari demam yang menyerang, hingga belum pulih flu dan batuk,saat agustus hampir berakhir, ada cacar air yang kembali Allah ujikan. Padahal saat itu ujian sesungguhnya sedang berlangsung di kampus. Dan kemudian hari akhir masa ujian aku harus mengerjakan soalnya di asrama karena tak bisa keluar rumah. Aku merepotkan Ustadzah yang harus datang ke asrama untuk mengawasiku. Jazakillah Ustadzah untuk semuanya…

Tak ada alasan untuk tak mencinta…

Oh, cerita sebelumnya baru sepenggal dari seluruhnya yang sebenarnya belum tentu bisa aku bisa ceritakan semua. Yang kemudian membuat rasa haru tumpah ruah dalam air mata yang tak sempat menetes, hingga ucapan terima kasih yang terurai mungkin takkan seharga…
inilah sebuah kesimpulan cinta dari semua perhatian, hiburan, dukungan, mumarridhohnya, bantuan tenaga ( masakkan kesumba Turateanya, nganterin makanan, belikan obat ,kue, jus, air tahu, buah, dsb ), serta doa yang terucap dari lisan, sms dan postingan… dari semuanya, siapapun…
semua saat itu…,
hingga kini!
Sakit yang terasa saat itu tiba-tiba menjadi indah oleh sapuan pelangi ukhuwah.. Jazakumullah khairan katsira….
Hingga buatku tak punya alasan untuk tak membalas beribu cinta dari kalian…

Atas nama ukhuwah coz’ Allah, I want to say:
“ I LOVE YOU All…!!!”

Maka Allah Maha Tahu bagaimana menguji hamba-Nya!
Tak pernah lebih dan selalu menyisakan hikmah cinta untuk kehidupan…