Sabtu, 27 Februari 2010

Stop it! I dont care!

Semarak warna yang ia tawarkan akhirnya meluluhkan hati
lalu keterperangkap rasa
membelit hatiku yang terluka
ah... Perih ternyata akibatnya

mutiara retina yang menjuntai di pipiku
kutahu sama sekali tak ada guna

andai kutahu buahkan sesal
sedari dulu kemenjauhkan akar
tak memberinya lahan tumbuh di tanah hatiku

lalu meratapi akan makin menyusutkanku
kembali kugenggam asa
mencoba menghempaskan
membiarkannya teronggok hingga lapuk

biar..
Biar semua kan katakan apa!
Aku sedang belajar mengabaikan
walau bisikan merajai ruang dengarku
walau desah bujuk rayu bergelantungan di langit-langit hatiku
aku tak peduli!!!
Sama sekali!!!

Jumat, 26 Februari 2010

Rey Sedang Jatuh Cinta




Dihadapanku, tak seperti biasanya ada ceria yang terpaksa ia gambarkan, ada senyum canda yang seolah menyembunyikan sesuatu. Ah, ia tak bisa membohongiku. Semoga tak separah yang kuresahkan, semoga tak seberat perjuanganku melawan cinta, semoga tak seberat apa yang terbebani di jiwa.. Dan akhir semua harap tentu saja, amiin.. Engkau kabulkanlah duhai Robby, Tuhanku..
Di suram wajahnya yang kutemui saat duduk sendiri, kutak bertanya ada apa dengannya, kutahu apa yang terasa akan ia tumpahkan padaku. Bila memang tidak, aku pun tak meminta, bukan? Kuhampiri dengan senyum,
"assalamu 'alaikum, Rey!" bisikku pelan, kutakut membuatnya terkejut.
"wa'alaikum salam!", jawabnya lemah tanpa sedikitpun wajahnya ingin berpindah dari sedih itu. Kududuk di sampingnya, sedang mataku mengikuti ke titik mana pandangannya ia jatuhkan.
"aku jatuh cinta, col!", gumamnya kecil. Meski terdengar jelas di telingaku namun ku tak ingin yakin bahwa ia mengucapkan itu.
"ah,..!" tentu saja maksudku tak percaya pada apa yang baru saja ia katakan. "mungkin sulit untuk dipercaya, atau bahkan mungkin lucu bagimu, tapi inilah yang kurasa, ancol!", nadanya berat sambil menatapku tajam, kutahu ia sedang coba yakinkanku.
Tapi ah, saudariku... Kutahu engkau jauh lebih kuat dariku dalam segala hal, apalagi yang ini. Bukankah sejak awal engkau banyak menasehatiku tentang ini?, lalu?
Saudariku mengapa hal ini bisa terjadi padamu?
"biasa saja! Jatuh cinta itu fitrah. Asalkan semuanya bisa proporsional, ukhty!" nasehat saudariku yang lain.
"kutahu ini salah, belum waktunya. Tapi aku sedang dalam perjuangan mengobati diri dari gerogotan virus ini, bantu aku yah?", lanjut Rey.

Sejak saat itu kulihat ia menyibukkan diri, tak lagi sering menyendiri. Bahkan buku-bukuku pun dilahapnya. Ah, dia betul-betul berjuang. Waktu berlalu bersama genderang perang yang ia pukulkan. Berhari-hari, ia bahkan jarang di rumah. Ia lebih memilih berlama-lama di rumah teman atau di rumah Hana, anak privatenya.
Hingga suatu hari ia datang padaku, dengan buliran mutiara yang menggantung di pipi hingga ke sudut matanya.
"sulit!!!", katanya.
Rey, kulihat kau dengan perjuangan berat dalam hitungan hari ini, menyibukkan diri, kesana kemari, tapi ternyata hal itu masih mengurungmu dalam perangkap resah?.
"jangan terlalu banyak memikirkannya, fokuskan dirimu pada hal lain.. Tenang saja waktu akan menjawab usahamu!", mungkin aku sedang sok bijak.
"aku ingin melupakannya!", desahnya
"itu tak mungkin, Rey!"
"mengapa engkau melemahkanku? Katakan aku pasti bisa melakukannya!", pintanya
"engkau tak perlu melupakannya, sebab Allah telah takdirkan ia hadir mengambil peran dalam cerita hidupmu! Engkau cukup mengubah rasa, menghapus rona pink di hatimu, membunuh virus yang telah mengjangkiti!"
"tapi mengapa begitu lama?", keluhnya lagi
"Allah sedang mengujimu untuk lebih dewasa, bukankah itu yang kau inginkan?"
"ya!, semoga tak lama lagi", ia menghibur dirinya.


Kami semakin sibuk di kampus. Tugas-tugas seperti hewan buruan, kadang sulit ditemukan, kadang mudah ditangkap. Senjata yang lengkap ternyata tak menjamin hewan buruan itu mudah didapat.
"i used to think that i could not go wrong, and life was nothing but that an awful song..."
I Believe I Can Fly-nya R.Kelly mengalun lembut dari hapeku, itu sebuah risalah sedang diterima.
Hm.. Dari Rey!
Baca pesan
klik!
"kepada ia, yang telah aku jatuhkan cintaku padanya, yang telah menyuguhkanku perjuangan panjang nan berat untuk menganggap semua biasa-biasa saja, memberiku solusi terbaik untuk mengakhiri kisah kelam ini: ketika kudengar bahwa ia akan menikah! :-D "
Deg, jantungku berdegup keras. Ada sedih yang menohok ulu hati..

Minggu, 21 Februari 2010

Suguhan Ukhuwah!

Bila yang tersisa hanyalah teguran dalam hati saudaraku,
bukankah itu selemah-lemahnya iman?
Bila berat lisan ini menegur karena akan membuatmu terluka,
salahkah bila kukatakan ada syetan yang bergelantungan ria disana?
Ataukah engkau memintaku menasehatimu dengan berbisik,
sementara hujan deras gemericiknya bagai jarum yang berjatuhan di atap, memekakkan telinga?
Saudariku di hujan deras begini, berteriakpun tak kedengaran, lalu engkau mengharapkan bisikan?
Ah, seperti meminta durian di musim mangga!

"NASEHATILAH SAUDARAMU, BILA MEMANG ENGKAU MENCINTAINYA!"
Bila aku yang merasa tak pantas, diminta untuk melakukan itu?
Walau kutahu ini akan mengendorkan pilinan benang ukhuwah kita..
Mataku ditutup dan didorong berjalan di medan yang telah aku kuasai,
yang lubang-lubangnya bisa kutebak dari hati!
Ini bukan penodongan kawan!
Rusak mungkin memang, tapi bukankah semuanya bisa diperbaiki?

(tapi, kalian tahu aku tak paham bagaimana memperbaikinya!)

Belajar, proses, waktu adalah tiga kata kunci
Tunggu dan nikmatilah suguhan ukhuwahmu!

Ayolah kawan!

Mengurai makna keresahan hati
Kembali menelisik nawaitu, darimana ia berawal
Betapa meruginya bila ruang pikirku hanya terpenuhi olehnya
Volumenya membesar mencuri bagian yang lain
Lalu kemudian memaksa diri terbangun dari lelap ini
Memasuki hutan belantara dengan bekal sedikit, celingak-celinguk mencari kesibukan sendiri,
Membiarkan diri tersesat
Sekedar mengalihkan perhatian pikiran dan ingatan darinya
Menenggelamkan diri dalam tumpukan buku di pembaringanku
Menghanyutkan jiwa mengikuti aliran kata kekata
Berpetualang dari satu cerita ke cerita
Melebur bersama anak-anak

Ah, kapan jiwaku kembali merdeka?

Ayolah, bantu aku kawan!

Kamis, 18 Februari 2010

Karena Kata-katamu Adalah Dirimu dan Keinginanmu Adalah Kehidupanmu!

Kepindahan kami ke asrama baru menuntut kami mesti menyusun struktur baru, pekerja-pekerja baru. Setelah melalui beberapa fase penundaan, akhirnya rapat asrama bisa diadakan juga, meski tanpa kehadiran satu personil, Tina. Pengurus divisi sudah ditunjuk, pokoknya nrimo aja deh! Wong kita yang lebih tahu kamu harus bertugas dimana! (wallah, ini namanya maksa!!) Yo wess lah, aku ditunjuk sebagai pemegang divisi pendidikan. Tentu saja seorang diri, semua personil masing-masing telah menempati daerah kekuasaannya, kecuali pastinya divisi kebersihan dipegang oleh dua personil, he..he.. (karena divisi kebersihan adalah divisi paling repot, paling banyak kerjaan, sana-sini tertuai protes) toh, jumlahnya juga cuma 7 personil. Program asrama telah disusun, :O hua.. ternyata pemirsa, divisikulah yang paling banyak programnya. Ya udah, ngga' papa mama deh! Dari program bahasa, hadits, kajian fiqh, hapalan: 1 day 1 ayat, peningkatan keterampilan: bikin kue misalnya, ada juga yang nyentil dikit di tugasnya divisi ibadah: ngatur jadwal sholat tahajjud bareng, sampe urusan makan memakan, eh salah, maksudna makanan gitu.. misalnya lauk tiap hari desilingi, kalo hari ini ikan berarti besoknya tahu tempe, ada juga program pengaturan makanan yang lain seperti, nanti kalo ujian gizinya ditambahin (bukan berarti selama ini kurang gizi dong!), minum susu. Ehm.. Sampai ada yang bilang nanti kalo ujian pesan makanan aja ke warung "Sabili", uh gayanya deh! Bakal kena pepatah "besar pasak daripada tiang" nih!
Seminggu sebelum ujian, semua sibuk dengan kerjaan masing-masing. Membuat talkhisan (ringkasan) dan menyelesaikan tugas. Nah, saat-saat seperti ini biasanya yang bertugas masak ngga bisa serius sepenuhnya, jadilah kita makan seadanya, ada apanya dan apa adanya. Rebus mi instan, tempe atau tahu, sudah! Untungnya tidak banyak suara-suara sumbang.. Makan sajalah, masih untung kita bisa makan, tiga kali sehari lagi! Saudara kita diluar sana banyak yang ngga bisa makan.. (spekulasi tingkat tinggi:-D)
Pas ujian apa lagi, lebih sibuk!! Tapi lauk memang agak sedikit keren, waktu itu Mamaku datang bawain serak telur. Kalo biasanya telur dadar 1 dibagi 3, sekarang 1 orang 1 butir telur. Wuih, senangnya pemirsa!
Aku bahkan sempat berazzam waktu itu, "suatu hari nanti, akan ada hari ikan! Tidak ada nasi pokoknya ikan saja. Nanti juga akan ada hari mie, ngga ada nasi pokoknya mie saja"
Eh, Alhamdulillah Allah memang tiada pernah mengecewakan hamba-Nya. Hari selasa kemaren, ada rapat dosen di rumah ust. Najamuddin. Nah, akhwatnya diundang.. Diundang buat masak sih, tapi pastinya buat makan juga. Ikan bakar, emm.. gedenya pemirsa! Jadi deh makan ikan sepuasnya! Aku jadi teringat sesuatu "nah, ini yang namanya fish day!", bisikku pada k' Evi. Lha, kemarin tanggal 18 februari ada undangan lagi ke rumahnya mba Tina, bikin mie ayam! Jadilah kemarin itu, mie day. Semuanya diluar skenario otakku. Tak pernah terpikirkan. Oh, Allah Ya Robby.. Bener-bener deh, betapa Maha Penyayangnya Engkau!
Cita-cita, ini kata kuncinya! Maka bercita-citalah! Takdir Allah ada di ujung usaha manusia.



{Lalu bagaimana dengan deposito cita-cita hamba ya Robb, (amin, pasti terkabulkan) kutahu Engkau Maha Adil, innalhamda lillah!}

Minggu, 14 Februari 2010

Aku di Kegalauan Hati



Aku telah memilih benihnya sendiri..

Padahal merangkaknya waktu masih lama untuk musim tanam
Tapi, entah..
Disaat kusadari aku dalam kekeliruan,
aku hanya membiarkannya,

tak merawat,
tak jua mencegah tumbuhnya

Benih itu kini mengakar dan memunculkan tunas-tunas baru

Aku semakin tersalah, ini belum masanya!

¤
Lalu kini,
dengan segenap usaha kuingin mencabut batangnya
tapi akarnya ternyata telah menguat

kucoba lagi mencabut daun tunas mudanya satu per satu
tapi,
tumbuhnya begitu pesat..
Kucabut lagi dan tumbuh lagi!

Pesona alam menjadi tempat yang cocok untuknya tumbuh dan berkembang

Oh, kutak ingin selalu terpojokkan dengan kesalahan
kubertanya pada siapa yang pernah mengalami katanya,
"melupakan itu tak mungkin!"

apa iya?
Padahal itu yang aku inginkan

¤
Ah, biarlah terus kujatuhkan helai demi helai tunasnya,
walau tunas yang lain menyusul cepat

Yang terpenting aku telah menghambat tumbuhnya
Meski ada juga yang katakan aku tak tersalah!
Dari sudut manakah mereka memandang?

¤

Sebuah kepastian, aku telah bersalah!

"Tidak ada yang tak bisa!", sebuah semangat dari seorang saudara menguatkanku
Waktu masih lama untukku!


Ya Allah, beri aku petunjuk!!



(hiks..hiks.. tertulis dengan sedih, diantara usahaku, menjaga hati!)

Rabu, 10 Februari 2010

Kutemukan Sepotong Hati


Kembali kutemukan sepotong hati yang tertinggal..
Teronggok di sudut..
Memang tak sempat melapuk
Hanya terlupakan di kedalaman jiwa

~
Dulu, saat kucoba mengembalikan tautan tali ukhuwah
Dalam pandangan mataku,
Ia hanya menggapainya sejenak

Mungkin hanya malu, atau mungkin karena gengsi yang salah tempat

~ Aku yang hanya terdiam saat ia bertanya,
"yang ku tak mengerti, mengapa engkau alirkan air matamu!"


~ oh.. Ia hanya tak mengerti
Sesalku bertumpuk di atas meja kenangan
Hingga trauma menjadi akibat yang tak tepat!

~ Lalu, dunia hari ini membuatku tak percaya!
Diakah itu? (walau mata tak saling melihat, walau tak berjumpa dalam dunia nyata) Menyambut salamku dengan begitu ramah
Lalu meminta maaf atas senggolan tangan dalam rajutan

Hingga ada benang yang tak teratur, tak indah dan longgar
Ternyata ia memang butuh waktu

Untuk menghapus sedih, menanggalkan lara dan mengembangkan senyum!


~ Untuk-Mu yang selalu kupanjatkan syukurku..
Hari ini ada titik syukur yang paling bermakna ingin kurangkai,


Terima kasih telah Engkau perkenankan tali ukhuwah ini bersambut dan bertaut!


~Ya Robb, lakalhamd!

Minggu, 07 Februari 2010

Pertanyaan dan Pernyataan Hati



Tiba saatnya lagi untuk bertanya pada sang hati,

adakah ia masih mengukuhkan niat suci?

Adakah ia masih terjaga disaat gelap malam memuncak?
Adakah ia masih peduli pada bisikan yang menggetarkan?
Adakah ia masih menggapai ukhuwah meminta uluran benangnya?

Adakah ia masih mendengar isak nyaring iman mengigau?

___
Saudaraku..
Yang mungkin bila aku diuji dengan ujian serupa,
belum kuasa jiwa dan ragaku menghadapi
Maka, dengarkan saja aku yang berbicara
aku yang sedang belajar berkomentar dari sisi lain pandangan
Mungkin dengan sejuta kesoktahuan,
tapi semoga Allah meridhoi (karena dari sudut ini aku mengakarkan niat, Insya Allah)
Dengarkan aku yang mencercau,
mengatakan kebenaran dari sudut pikirku (semoga kebenaran pula dari-Nya)


Maafkan bila melukai,

menurutmu,
Apakah itu adil jika kita hanya ingin mengatakan kepahitan karena menegakkan kebenaran,
sedang kita tak ingin menerima kebenaran yang pahitnya mencekat tenggorokan?


Apakah ketika Rasul memerintahkan,

"qulil haqqa walau kana murran, walaupun pahit, ungkapkanlah kebenaran!",
Kita tidak diminta untuk menerima kebenaran itu walaupun pahit?

Ujianmu kutahu berat,
masalah diujung mata, kutahu menggunung..
Tapi sungguh,
semuanya tak cukup menjadi alasan bagimu untuk lari dari medan perang!


---

Jika engkau lari dari sini,
maka engkau sedang membuktikan kepada mereka dan kepadaku juga,

bahwa dirimu adalah seorang pengecut!!!

Itu saja!

___
ya Robb yang selalu kumohonkan perlindungannya..
Lindungi aku dari niat buruk untuk menyakiti hati saudaraku...

---

Maka kucoba bertanya lagi pada sang hati,

adakah ia mampu menjawab?

Rabu, 03 Februari 2010

Dihitungan Hari Menjelang Ujian..



Menghitung hari..
Tidak lama lagi ujian semester tiba.
Ada yang mengganjal, huffh.. banyak malah!
Mengingat dan menghitung diri, bertumpuk-tumpuk sudah kekhilafan diri, menggunung sudah pelanggaran jiwa..
Ya Robby, masih Engkau beri hamba ilmu walau diri telah berlumur dosa.
Masih Engkau masukkan hamba golongan mereka yang menuntut ilmu sementara rayuan syetan masih banyak hamba turuti?
Engkau..
Engkau ya Allah sungguh Maha Penyayang-Mu..

Ujian telah diujung mata, kuharap tak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, memperbaiki niat..
Menuntut ilmu-Nya, bukan karena apapun, bukan untuk siapapun, semata karena-Nya! Nilai, atau apapun itu bukankah berkah Allah tiada yang menandingi?
Sebelum ujian tiba ya Robb, kuingin menata ulang segala niat, menelaah kembali mata kuliah bukan karena agar kudapat nilai terbaik. Karena tiada yang bisa memungkiri penilaian-Mu jauh lebih berharga. Agar harapan semuanya kugantungkan pada-Mu, agar ku tak kecewa. Kumohon pertolongan-Mu! Dititik terbawahku, kumenunduk, menengadahkan tangan, meminta, memohon (dengan sangat) : Ridhoi setiap huruf yang terlihat oleh mata, yang dirangkai oleh pikiran dan dipahami oleh hati ini. Meski dengan kesadaran penuhku, kubanyak lakukan dosa, kumohon maafkan segala itu, mudahkanlah aku untuk menebusnya agar tak menjadi penghalang bagiku meraih sukses, menggapai cinta, ridho, dan berkah-Mu..
Kupinta kemudahan dari-Mu bagiku untuk mudah menjawab segala soal, untuk ilmu yang telah ditelaah agar menetapi batok kepala dan hatiku.. Tidak terlupakan karena dosa, tidak menjauh karena maksiat (untuk ini lindungi hamba senatiasa darinya)
Amin ya Robbal 'alamin..