Rabu, 29 Desember 2010

di ujung Tahun



Di akhir tahun kucoba menghitung diri kembali, jejak apa saja yang tertinggal dari perjalanan setahun yang berlalu.

tarikan nafasku panas penuh sesal dan kesal, betapa banyak rugi yang tergambar. ada kebaikan dan tentu ada
keburukan. ah, sedih melihat catatan kebaikan yang masih sedikit, berbalik menutup wajah tak mampu melihat tumpukan keburukan. mohon ampun aku ya Robb.. bila Engkau meminta Izrafil tuk menjemputku sekarang, belum siap aku Ya Allah, bukan karena cintaku pada dunia yang fana ini, tapi malu menghadap-Mu dengan amalan yang sedikit.

bila selalu kupinta surga-Mu, itulah bentuk kelemahanku, padahal rasanya belum pantas aku mendapatkannya.

kumohon selalu untuk Engkau jauhkan dari Neraka-Mu, walau banyak perilaku yang terus menarikku untuk mendekatinya..
Allah!
setahun kedepan bila masih Engkau perkenankanku menjalaninya, kuharap ridho-Mu mengiringi tiap langkah yang kuayun... tunjukkan padaku kebenaran dan berikan aku kekuatan-Mu agar dengannya kusempurnakan kebenaran itu,
jelaskan dimataku kebathilan, dan teguhkan hatiku agar ku hancurkan ia karena-Mu. segala angan dan cita dalam kebaikan kupersembahkan untuk-Mu, wujudkan segala yang terbaik agar kumampu manjadi hamba yang terbaik pula...

tunjuk aku menjadi ia yang Engkau inginkan untuk menegakkan kebenaran dan merobohkan kebathilan... mengajak saudaraku yang jauh untuk mendekat, dan menguatkan ikatannya...
Allah, setahun kedepan, kuingin semakin mencintai-Mu, Rasul-Mu, agamaku, kedua orang tuaku, bangsaku dan saudara-saudaraku..

tahun depan pasti lebih baik dari tahun kemarin!

Sabtu, 25 Desember 2010

Kembali Peka...

mari kita kembali bercerita tentang peka.
tak pernah bosan, memang! sebab ia salah satu faktor bahagianya kita di kehidupan.
memang belum terlalu kupahami, ku belajar pun kuakui terlalu lambat. kurang fokus! lagi-lagi menjadi alasanku. baru kembali memikirkan bila sebuah peristiwa menyinggung peka kembali terulang. seperti seorang ukhty yang selalu meminta maaf, padahal bagi kami ia tiada salah. ah, mungkin aku yang kurang peka, itu kesimpulan yang bisa kutarik, ada apa gerangan? atau saudara yang telah berulang kali meminta tolong tapi selalu Allah takdirkan kesibukan saat itu, mepet hingga tiada waktu yang luang tuk membantu. itu tugasku, kutahu! tapi? beribu maaf mungkin tak mampu sahabati rasa jengkel dan amarah yang timbul dihatinya...
atau ukhty yang lain yang selalu menunggu tuk berbagi cerita namun tak pernah kutanggapi, sebab kutak tahu bagaimana menyikapi (itukah alasanku?).
juga tak mau katakan ada dari mereka yang kurang peka, mengertilah orang lebih dulu bila ingin dimengerti pula. akad yang belum jelas, menebalkan muka kesana-kemari walau harus berbekas banyak cerita di belakang. akhirnya?
bukan menyesali, karena kutahu itu tiada berarti tapi menyayangkan sistem yang menzholimi. padahal profesional sudah menjadi label. mengurut dada, menyabarkan jiwa dan menghibur diri dengan hikmah yang Allah janjikan pasti ada.
kini tinggal bersiap, menata bekal agar esok hari tersambut dengan kemantapan. selalu berusaha menyempurnakan, itu saja! pasti selalu ada yang lebih baik dari segala yang terjadi.
sejuta maaf bagi saudara-saudari yang belum sempat terbalaskan peka dan sikap yang diinginkan... terus dukung aku dengan sikap yang menuntut kesungguhan mempelajari peka. bersegera memperbanyak kadarnya di dalam hati, kutak ingin bertambah lagi hati yang sakit karena kurangnya..

Betulkah Persaudaraan?

bahagianya hati terliputi senyum di bibir. semangat berkobar, sebab ada yang selalu mendukung dan siap membantu meringankan segala kesulitan yang datang menyapa, mengantri panjang. itulah indahnya!
meski di awal aku sangsi, meragukan tawarannya, YOU CAN'T HELP ME!
terlalu pesimis menghadapi problema, hingga selalu saja mencari alternatif tuk melupakan. tapi tetap saja selalu bisa terbaca. "ada yang kamu sembunyikan di balik ceria, ada yang kamu timbun di balik gundukan semangat.. ada sesuatu, ada!"
terima kasih telah peka membaca keadaanku. akhirnya mengalirlah cerita bersama mutiara retina yang tak kuizinkan terjatuh sebab malu memperlihatkannya. kutahan dengan lengan baju di sudut mata, meski kelak akhirnya tumpah jua dia. "Kabura Maqtan!" kataku, "Tidak!!" jawabnya. semua orang pernah lakukan khilaf, dan untuk itulah kita ada! untuk saling menasehati bukan?
kesepakatan terjadi, aku ditantangnya untuk mampu melakukan, ada banyak pilihan bila beberapa kemungkinan gagal untuk diadakan...terlalu bersemangat ia. katanya kini semuanya telah satu pesawat, takkan mendarat bila belum sampai tujuan, dan pasti aku yang jadi pramugarinya! hehe... yang penting tak melompat turun karena terbuai oleh panorama keindahan..
alhamdulillah, dari beberapa pilihan rencana, pilihan pertama telah membuahkan hasil yang membuatku lega. berlanjut kemudian pada A LETTER Of PROMISE.
ha.. terima kasih lagi telah membantu meringankan problema. semoga ukhuwah, persahabatan dan pertemanan yang terjalin diberkahi-Nya...
Amin...

Selasa, 21 Desember 2010

Dari Taman Hati...



Dari timur seekor kupu-kupu, Titania, terbang perlahan mengikuti pendar matahari, mencari indah di selaksa kehidupan.
Desah angin merangkak berbisik di telinga. Mencambuk optimis dengan kelesuan. Andai semangat tak terus menyala kobarannya, maka reduplah ia di keheningan malam. Kepakan sayapnya adalah tepukan tangan tak berbunyi. Tapi elok goresan pelangi di sayap tipisnya banyak memukau pandangan mata. Sayapnya terus mengepak menembus kelam malam dan rona pagi. Menabur jaring dimana ia hinggap, menemukan kembali yang pernah bias. Hingga datang kembali seorang teman masa kecil, Musashi Okunawa, Sachi. Betapa bahagia merangkai rajutan benang ukhuwah itu lagi, meski baru lewat telepon. “Besok aku akan dioperasi!” katanya tiba-tiba mengejutkan. “Sakit apa?” tanyaku. Ia dianjurkan operasi oleh dokter setelah mengikuti tes masuk AKABRI, meneruskan jejak sang Ayah. Tania merasa bersalah, melupakan dan tak pernah mencarinya selama ini. Teringat suatu masa, saat Tania kecil adalah kupu-kupu yang usil, selalu menjadi pahlawan bagi teman-temannya, saat kupu-kupu jantan yang lain menjahili. Dan Sachi, hari itu mengejar Mayami. Sachi memang selalu begitu, sok jagoan mentang-mentang anak seorang AKABRI. Mayami berlari mendekati Tania dan berlindung di balik punggungnya. Tania, bak kepiting rebus wajahnya, memerah... dengan sigap menghadang Sachi, “Eh, jangan sok jagoan kamu!” Sachi pura-pura tak mendengar, terus memburu Mayami. Tania makin geram, ditariknya baju Sachi dari belakang. Sachi mencoba berontak, melepaskan diri tapi Tania makin menguatkan tarikannya. Tiba-tiba... sree..et! baju Sachi robek sampai terbelah. Tania kaget, Sachi meringis, sedikit lagi hampir menangis. “Kau berani sekali, nanti aku lapor sama bapakku!” sambil terisak perih bercampur malu. “Siapa suruh nakal sekali suka gangguin perempuan!” Tania membela diri. Mayami merasa bersalah, ia tertunduk dihadapan Sachi. Dan Sachi segera berlari pulang... @@@ Tania, aku dirawat di Rumah Sakit Pelamonia, lantai 3 kamar 313. Risalah sms Sachi yang kuterima pagi ini. Hufft.. kuliah padat, jadwal private, bimbingan, cucian, tugas.... apa aku punya waktu? Oh, Tuhan tolong beri aku waktu bertemu denganmu, aku ingin minta maaf. Aku takut tak sempat bertemu lagi denganmu... Malam ini aku harus begadang menyelesaikan semua tugas. Sambil merendam cucian, aku mengetik makalah. Kulirik jam, waktu bernjak perlahan dan kini jarum yang tak pernah pusing berputar itu menunjukkan pukul 02:11.. Aku berlari menyusuri lorong Rumah Sakit Pelamonia. Sachi pasti sudah di ruang operasi saat ini. Terpaksa kutinggalkan satu mata kuliahku, izin ke dosen. Setelah nanya sana-sini... akhirnya kini aku berpatung diri di hadapan ruang operasi. Ada ayah dan ibu Sachi disana. Hanya berdua! Semoga Sachi tidak pernah benar-benar mengadukanku pada ayahnya tentang bajunya yang aku robek.. Setelah memperkenalkan diri dan orang tua, (Nggak PeDe!) ayah Sachi kemudian bercerita banyak. Ayahku dan ayah Sachi juga berteman. Ayah Sachi kini tak garang lagi di mataku. Tiba-tiba seorang dokter keluar, ada guratan tegang di wajahnya. “Boleh saya ngomong sebentar Pak?” Keduanya berdiskusi di sudut, tampaknya sangat serius. “Sachi pendarahan, ibu disini saja. Tania tolong antarkan bapak ke PMI stok darah disini habis!” Aku segera mengangguk. Sebenarnya ayah Sachi ingin naik mobil, tapi aku menawarkan naik motor saja agar mudah menyelip di kemacetan. Dan, ternyata betul! Macet!!! Uh.. ini mobil-mobil Kenapa tidak ada yang bergerak? Aku lagi buru-buru nih! Mencari celah kiri kanan, akhirnya sampai gedung PMI juga. Setelah itu bersegera kembali ke Rumah sakit Pelamonia. Sesampainya di Rumah Sakit, kami hanya menemukan ibu Sachi terisak-isak. Saat melihat kami datang Ia segera menubruk ayah Sachi dengan pelukan. “Sachi...Sachi.. ayah...! hiks...hiks..!” Oh.. tidaaak! “Tania..Tania..!!!” Tubuhku terasa diguncang. “Bangun Tania...!” Ternyata ini hanya mimpi, dan parahnya aku tertidur di samping WC. Memalukan! Aku tertidur di tengah cucian yang busanya sudah mengering... hehe...
@@@
Macet..mecet.. piliss deh! Kuharap mimpi semalam tiada pernah berwujud dalam nyata. Sesampainya di rumah sakit, nanya! Aku harus bertanya! Malu bertanya sesat di Rumah Sakit. Ke lantai tiga, belok kiri, kanan... ruang operasi. Aku tak menemukan Sachi disana. Lantai 3 ruang 313, yah Sachi pernah memberitahuku. Tok..tok.., kuketuk pintu ruangan 313. Tidak ada jawaban. “Maaf mbak!” seorang suster yang berlalu adalah tempat bertanya yang baik. “Ya?” “Pasien kamar ini sudah pulang yah?” “Oh,tadi pagi dioperasi. Tapi, operasinya gagal. Nyawanya tak bisa tertolong lagi. Baru saja menyelesaikan administrasi!, ambulansnya mungkin belum berangkat!” Tiba-tiba, telingaku mendengar suara sirine yang nyaring, itu pasti Sachi! Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un... Tuhan, ternyata Engkau tak beriku kesempatan bertemu dengannya.
@@@
Terkulai lagi sang Kupu-kupu, kepak sayapnya melemah. Mutiara matanya berjatuhan. Sesal datang, mengaduk-aduk jiwanya, “Andai kuboleh katakan andai, akan kumint sedetik saja untuk menemuinya. Sachi... maafkan aku!”

Rabu, 15 Desember 2010

inilah pilihanku...

Sebab masalah tidak datang tanpa alasan.. Kuyakin Allah sembunyikan hikmah berarti.
Mungkin tak salah bila kumemilih sibuk, mencari tugas dan perintah. Agar masalah yang datang tak mengambil ruang yang banyak dari ruangan besar pikirku. Memilih latihan, memilih kerja.. Bahkan walau waktu seperti tak ingin kulirik pergerakannya, tak ingin dikejar. Antara kuliah dan latihan, antara amanah dan tugas-tugas.
Ilahi..
Kuingin persembahkan yang terbaik, masalah yang kau beri kuyakin untuk mendewasakanku..
Kuatkan aku!