Senin, 18 April 2011

The Power of Writing

Deretan cerita indah yang telah dirangkai Habibie bersama Sang Istri Ainun itulah yang membuat ia terus berjuang melawan sepi diri dan batinnya saat Sang Istri ternyata lebih dicintai Allah dengan memanggilnya lebih dulu. 48 tahun10 hari kebersamaan mereka, bukan pada jumlah tahun atau hari, tapi kenangan yang telah mengisi setiap detik itulah yang membuatnya terlalu pedih dalam kesendiriannya kini. Kepergian Sang Istri yang telah begitu lama menemaninya menahkodai kapal membuatnya seakan kehilangan kepercayaan diri untuk kembali memegang kemudi. Tapi, kini Kapal itu mengarungi badai dan taufan emosi, maka ia harus keluar. Jika tidak, kapal akan hancur. Ia harus segera menyelamatkan diri.

Maka beliau ditawari tiga pilihan untuk mengobati dan membebaskan diri. Yang pertama curhat, kedua jasa perawatan di rumah sakit, atau ketiga, menghadapi sendiri dengan menulis. Dan Ia memilih yang ketiga. Lalu ia tuangkan segala yang ia rasakan ke dalam bejana catatannya. Akhirnya ia berhasil keluar dari amukan taufan itu, ia sembuh dari perih kesendiriannya tanpa obat dan psikiater, tapi ia selesaikan semuanya dengan menulis.

Tidak jauh berbeda dengan kisah Habibie, tidak banyak orang tahu, JK Rowling, penulis Harry Potter sempat mendapat santunan dari pemerintah Inggris, karena masuk dalam kategori orang miskin. Selepas bercerai dengan suami pertamanya, ia hidup pas-pasan. Himpitan kemiskinan memaksa JK menyelesaikan naskah Harry Potter. JK mendapat ide menulis Harry Potter dalam sebuah perjalanan di kereta dari Manchester ke London. Dari perjalanan itu, entah mengapa tiba-tiba ia mendapat ide untuk memulai kisah Harry Potter yang diberinya judul Philosopher’s Stone.

Pada 1995 ia berhasil menyelesaikan buku pertamanya. Tapi, karena sangat miskin, ia terpaksa mengetik ulang naskah hingga beberapa kopi dengan mesin tik tua manual yang murah, hanya karena tidak mampu membayar biaya fotokopi. “Anda mungkin tak pernah tahu, betapa menyedihkannya hidup tanpa uang sama sekali. Kecuali jika Anda sudah pernah mengalaminya, seperti yang aku alami,” katanya.

Keinginan kuat untuk mengubah hidup membuat JK sekuat tenaga untuk menjual kisah Harry Potter. Tapi, layaknya penulis pemula lain, naskahnya mengalami penolakan berkali-kali dari berbagai penerbit. Beruntung, dari seorang agen bernama Christopher, Bloomsbury mau menerbitkan kisah tersebut.

Dan, keajaiban pun terjadi! Buku yang sempat ditolak oleh berbagai penerbit itu justru laku sangat keras. Bahkan, ia mendapat berbagai penghargaan atas karya tersebut. Kehidupan JK berubah total. Dari orang yang sangat miskin menjadi superkaya hanya dalam waktu kurang dari delapan tahun. Harry Potter, karakter rekaannya mampu menghasilkan miliaran dolar Amerika. JK ditempatkan sebagai penulis paling kaya di Inggris, bahkan dunia.

dari berbagai sumber:-)

PEJUANG NASYID

Adik-adikku yang berjuang lewat nasyid.. barakallah fikum..

Jumat, 15 April 2011

Cry Again

Menangis hati lagi, suatu saat ketika berkesempatan berbagi semangat di sebuah sekolah kesehatan. Dari kurang lebih 25 yang hadir, tak satu pun mengacungkan tangannya saat sebuah pertanyaan dilemparkan. “Siapa yang Shalatnya sudah tidak ada lagi yang bolong?” Sementara yang tidak berjilbab bisa dihitung jari. Mencoreng wajah di hadapan non muslim. Malu...

Sholat, tiang agama itu tlah ditinggalkan. Aku tidak tahu dengan apa bangunannya didirikan atau justru mungkin belum pernah berdiri?

Mungkin bukan salah mereka, bukan salah sekolah, bukan salah guru agama, lalu salah siapa? Ada yang lebih dekat dengan mereka, dan bukankah itu orang tuanya? Ah, pentingkah mencari siapa yang salah, jika begini keadaannya semua pihak boleh jadi tersangka. Mungkin saja saya juga. Astagfirullah ya Robb...

Miris!!!

Inilah generasi muda bangsaku, meninggalkan shalatnya dengan mudah dan tanpa rasa bersalah. Meremehkan shalat dan memusingkan diri dengan mode dan lagu-lagu picisan...

Ah... Aku gregetan!!! Ada langkah cepat yang harus segera kita tempuh, ada ide baru yang segera diaplikasikan, ada banyak doa lagi yang seharusnya kita panjatkan...

Satu kata, “MULAI!!!”

DO IT NOW or NEVER!!!s



Bukan Curhat Untuk Sang Nahkoda

-Membujuk sang nahkoda di kapal hati agar mau menyeimbangkan isinya...

Muatan tidak sama berat timbangannya, sang nahkoda harus bisa menempatkan di tempat yang sesuai.

-Laju kapal tak lagi rata, sementara badai seenak hati mendorong angin kesana kemari, melempar ombak tinggi-rendah, mengolengkan kapal ke kiri-kanan...

Ternyata..

Ketidak seimbangan laju kapal, bukan disebabkan sang nahkoda maupun muatannya, namun badai yang terlalu deras menerjang. Sehingga membutuhkan pusat muatan ke tengah kapal, agar berat kapal berpusat di pusar kapal...

-Namun apa daya, sang nahkoda terlalu picik memilah dan memilih saran yang ada. Langkah lain ditempuhnya. Layar digulung, menyempitkan ruang untuk memperbaiki keadaan. Larangan dilontarkan sana-sini... Awak kapal hanya berpatuh diri, mengikuti perintah...

Apa yang sedang engkau pikirkan kisanak?

-Tenanglah, tak perlu bergesa-gesa mengambil jalan. Badai pasti tak lama menemani. Sapalah ia dengan ramah. Esok pagi yang cerah kan datang bersama senyum mentari...


Rangkaian kekata melalui risalah bersama seorang teman, mencoba menyatukan ide dan rasa walau mungkin masih ada yang rancu.. hehe3x ini baru awal kan?

Rabu, 13 April 2011

Don't Judge Me!

tak ada lagikah yang tersisa di hati kecuali benci?
menghindari kehadirannya, menutup telinga oleh suaranya bahkan melirik namanya pun tak ingin lagi.
telah panjang masa berlalu sakitnya hati yang terus menerus bertambah, harapan kesembuhan mungkin akan lama.
pernah goresan hati telah dibalut rapi menunggu kering, namun engkau datang lagi menambah perihnya hingga berulang kali.
sakit yang berkepanjangan mengajarkan jiwa untuk memasang acuh pada wajah. memolesnya agar tebal tak peduli.
terserah hendak kau lakukan apa padaku, hingga berderas-deras linangan air matapun aku tak akan membagi hati!
tapi mengapa disaat pilihan itu mengudara engkau malah datang dengan harap mata berkaca?
tiadakah rasa bahwa aku tak ingin lagi diganggu?
ataukah sedikit peka selama ini kuberteman luka karenamu?
mungkin bukan menutup pintu, namun jarak terbukanya kini tinggal beberapa jengkal. tak mungkin pula kurapatkan, aku hanya memperkecil ruang masuknya udara sakit bila engkau datang memaksakan itu lagi di luka yang sama.
tidakkah kau paham bahwa aku letih?
layaknya magma yang dulu tertahan berapa masa dalam perut bumi, sekarang pecah berderai menghapus belas kasih..
semoga bukan hawa nafsu yang meminta dicarikan pembenaran, apalagi bujuk rayu syetan.. naudzubillah...
walau terbit sejuta tanya di hati, benarkah jasad berlakukan ini padanya? pantaskah menghukum ia yang telah menyakiti?
namun egoku masih membara, kujalani ini dulu sambil kurenungi...
aku juga manusia..
mohon dimengerti!

'ngga bayar zakat?

Kenapa Saya Berjilbab?


<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA


Kemarin saat saya diminta Nenek untuk menjadi petugas registrasi dalam pernikahan saudaranya, saya banyak mikir... dengan alasan mengajar saya menolak permintaan beliau padahal memang jadwal saya mengajar malam itu. Bersamaan pula dengan resepsi pernikahan dosen saya yang digelar di gedung yang berbeda, dan saya juga diminta untuk menjadi pagar ayu disana meskipun sudah kutolak sejak awal. Tapi entah kenapa sabtu pagi Wiwi, murid saya menelfon untuk tidak bisa belajar nanti malam. Ah, ini artinya aku harus tetap pergi memenuhi permintaan nenekku. Apalagi setelah mencari sana-sini, orang yang dibutuhkannya belum cukup. Sebenarnya saya malas, kenapa?

Dalam acara pernikahan adat, apalagi di keluarga saya yang masih cukup kental ritual keadatannya, saya harus berperang melawan nurani saya yang banyak tidak menyetujui ritual-ritual yang menurut pemahaman saya hanya mubadzzir dan tidak sesuai syariat.

Baju yang disiapkan alhamdulillah tidak terlalu macam-macam. Karena tidak disiapkan jilbab, maka inilah yang menjadi masalah, saya harus mencari jilbab yang cocok dengan warna baju. Nenekkku sudah menawarkan jilbabnya yang pendek sampai leher, adduh.. mengapa beliau masih berpikir saya akan menggunakan jilbab seperti itu ya?

Alhamdulillah lagi.. untungnya tante ada yang punya jilbab warna pink yang cocok dengan motif sarungnya. Jilbabnya tipis sekali, dan aku lagi-lagi lupa membawa jilbab untuk melapisi. Untungnya lagi, nenekku masih punya jilbab pink.. jadilah jilbab itu aku lapis dua. Dan tentu saja saya menjadi pusat perhatian dengan menggunakan jilbab yang berlapis dua. Belum lagi jilbab yang saya urai...

“Hiasan bajunya tertutupi jilbab dong?” kata tante dan nenek saya.

Aku hanya terdiam, mereka sudah berulang kali mempertanyakan ini. Dan aku pun telah menjelaskannya jauh lebih sering... ini juga yang jadi salah satu alasan saya tidak mau lagi mengikuti permintaan nenek. Belum lagi disuruh make up di salon. Uh...!

Dengan alasan semua itu akan membuat wajah saya rusak mereka mau menerima...

Mengapa mereka masih saja mempermasalahkan jilbabku?

Aku berjilbab bukan karena paksaan siapa-siapa. Tiada niat selain meraih ridho Allah dengan menjalankan perintah-Nya. Saya kan muslimah? Dan seorang muslimah wajib menutup auratnya!

Sejak SD saya sudah memiliki keinginan besar untuk memakia jilbab. Entah mengapa! Padahal di keluargaku masih minim yang meggunakan jilbab, mama saja belum pakai jilbab.

“Ma, saya mau sekolah SMP nanti di sekolah yang wajib memaki jilbab, tapi saya tidak mau sekolah di SMP Islam Batu-batu (Sebutan untuk Madrasah Tsanawiyah yang ada di kampungku)”

Inilah mungkin jalan yang ditunjukkan Allah, hingga akhirnya Mama bertemu dengan sepupu jauhnya yang bersekolah di Pesantren dan sedang bertugas Ramadhan di kampung saya. Paman tersebut menawarkan kalau aku di sekolahkan di Pesantren Yasrib saja, tempat dia bersekolah. Maka semakin sempurnalah niat saya untuk menggunakan jilbab...

Beberapa sepupu saya yang ketika ditanya, mengapa belum berjilbab? Ada yang menjawab, masih menunggu kata hati, ada pula yang mengatakan masig belajar untuk menjilbabkan hati takutnya nanti buka pasang jilbab atau apa kata orang-orang kalau saya pakai jilbab sementara sikap saya masih begini-begini?

Ah, semuanya tidak akan pernah jadi kalau menunggu sempurna dulu baru mau melakukan sesuatu...

Saya menulis ulang perkataan dari Mbak Asma Nadia, salah satu penulis favorit saya:

“Berjilbab tidak berarti kamu sempurna, tapi semoga menjadi awal untuk membuktikan kesungguhanmu menyempurnakan diri dihadapan-Nya.”