mari kita kembali bercerita tentang peka.
tak pernah bosan, memang! sebab ia salah satu faktor bahagianya kita di kehidupan.
memang belum terlalu kupahami, ku belajar pun kuakui terlalu lambat. kurang fokus! lagi-lagi menjadi alasanku. baru kembali memikirkan bila sebuah peristiwa menyinggung peka kembali terulang. seperti seorang ukhty yang selalu meminta maaf, padahal bagi kami ia tiada salah. ah, mungkin aku yang kurang peka, itu kesimpulan yang bisa kutarik, ada apa gerangan? atau saudara yang telah berulang kali meminta tolong tapi selalu Allah takdirkan kesibukan saat itu, mepet hingga tiada waktu yang luang tuk membantu. itu tugasku, kutahu! tapi? beribu maaf mungkin tak mampu sahabati rasa jengkel dan amarah yang timbul dihatinya...
atau ukhty yang lain yang selalu menunggu tuk berbagi cerita namun tak pernah kutanggapi, sebab kutak tahu bagaimana menyikapi (itukah alasanku?).
juga tak mau katakan ada dari mereka yang kurang peka, mengertilah orang lebih dulu bila ingin dimengerti pula. akad yang belum jelas, menebalkan muka kesana-kemari walau harus berbekas banyak cerita di belakang. akhirnya?
bukan menyesali, karena kutahu itu tiada berarti tapi menyayangkan sistem yang menzholimi. padahal profesional sudah menjadi label. mengurut dada, menyabarkan jiwa dan menghibur diri dengan hikmah yang Allah janjikan pasti ada.
kini tinggal bersiap, menata bekal agar esok hari tersambut dengan kemantapan. selalu berusaha menyempurnakan, itu saja! pasti selalu ada yang lebih baik dari segala yang terjadi.
sejuta maaf bagi saudara-saudari yang belum sempat terbalaskan peka dan sikap yang diinginkan... terus dukung aku dengan sikap yang menuntut kesungguhan mempelajari peka. bersegera memperbanyak kadarnya di dalam hati, kutak ingin bertambah lagi hati yang sakit karena kurangnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar