"Kita hidup di kepadatan interaksi, tapi sulit untuk belajar memahami!"
lalu siapakah yang akan jadi teman berbagi?
Umur kita ibarat pita kaset kosong yang sedang merekam. Ia terus berputar seiring merangkaknya waktu, tak terasa. Segala hal tergambar disana. Hingga kelak batas waktunya habis, maka kita tinggal menunggu giliran kapan hasil rekaman itu akan diperlihatkan. Dipertontonkan dihadapan seluruh ummat manusia, hingga semua aib jelas dibukakan, tiada rekayasa, maka terbongkarlah semua keburukan diri..
Alangkah memalukannya..
Tapi kita lihat di kehidupan, bahwa ternyata tingkatan umur tidak memberi jaminan kebahagiaan. Muda ataupun tua, semua orang bisa merasakan bahagia, pun kesengsaraan.
Oleh karena itu menelisik dan menemukan rona-rona keindahan untuk menghargai detik yang ada adalah tugas yang harus dilaksanakan. Berbagi kebahagiaan sesama makhluk penghuni bumi, bercerita dan menyampaikan keluh kesah, saling nasehat menasehati adalah jalan yang terbuka lebar dan bisa kita tempuh untuk memperbanyak saat-saat indah. Tanpa keindahan yang diciptakan maka umur akan jadi sia-sia dan hambar, ah alangkah meruginya.
Di hidup yang singkat tak terasa ini, kita perbanyak gelombang kebahagiaan, sebab 1 gelombang hakikatnya diikuti banyak gelombang. Pada akhirnya nanti, itulah yang akan kita perlihatkan dihadapan-Nya dan seluruh manusia.
Yahya bin Muadz ra, mengingatkan kita dengan atsarnya: "Sebagai seorang Muslim hendaknya engkau mempunyai tiga hal positif: jika tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, maka janganlah engkau memberi mudharat kepadanya. Jika tidak mau memujinya, maka janganlah menjelek-jelekkannya. Dan jika engkau tidak bisa membuatnya bahagia, maka janganlah membuatnya bersedih!"
Wallahu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar