Minggu, 12 Juli 2009

Renungan Diri...



Dari jejak perlahan kutengok diriku sendiri. Dalam gambaran rasa aku melihat sebuah kekerdilan dari keringnya jiwa. Aku melihat lemah ditengah asa yang menghimpit. Deru panas nafas diserbu berkompi-kompi pesimis. Menggeliat bagai cacing diberi garam.
Jari jemari tangan kanan mencoba mengurai "takut" sementara jari-jari tangan kiri menguatkan simpulnya. Perasaan selalu mengusap-usap dada untuk terdiam akan persaudaraan dan kebenaran. Kekhawatiran akan luka yang mungkin tertoreh, menahan bibir dan mengelukan raga. Menjaga perasaan dan phobia seharusnya tak jadi alasan untuk apapun tak membuka mata. Jenuh dan letih sudah aku memahami, apakah itu yang akan jadi pembelaan diri?.
walau diampun ternyata tak bisa membantuku untuk tak tersakiti dan menangis. Memendamnya berlama-lama, kutahu akan meledak suatu saat.
Meski telah sedikit terobati dengan tarian pena pada arena kertas yang akan berbicara, bercerita pada semua orang.
Tapi apa gunanya?.
Bila hanya menghuni benak dan tidak terlukiskan dalam realita?
.....
Seperti tiap berlalunya detik dihadapan angka 1 hingga 12, aku hanya selalu disibukkan oleh perasaan...
Memberontak!!.
Berteriak dalam sepi dan memecahakan bola-bola air mata yang terurai pada gelindingan dikedua pipi. Mengadu dan merengek-rengek pada Ilahi....
Sungguh memalukan rasanya.

(Semoga Ia Yang Maha Mendengar tak pernah jenuh dengan permintaan dan kecengenganku... Ya Robb, pada siapa lagi aku akn meminta bila bukan kepada-Mu)

Aku tak ingin sekarat apalagi mati dalam kungkunganrasa. Egoisme, gemanysa terus memebahana. Aku harus mencari sesuatau untuk menyadap gemanyha.agar kedap dan musnah.
agar manisnya Ukhuwah mampu kukecapsebelum ajal menjemput.agar menjadi manusia besar yang tak pernah mati.
Agar tak pernah hilang di hati orang-oarng yang pernah bersama dalam satu fase kehidupan...

Malam 11 juli...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar