Lalu kapan aku menjadi paham
Kenapa ia tak takdirkanku menjadi seorang adinda
Dari seorang “KAKAk” dari rahim Ibunda
Kurasa tak perlu lagi mengaliri pipi dengan mutiara retina
Karena sebuah kemustahilan, itulah jawabannya!
Maka ini bukan lagi setumpuk awaqn mimpi
Melainkan hanya sebuah hayalan kosong
Yang kemudian tertiup angin realita…
Pergi dan sirna…
“ lalu apa maumu sekarang?”, tanyanya.
” tidak!, tidak ada!!!”, aku hanya mampu menunduk, memilih kata diam. Mengunci bibir dengan isakan.
Dari seribu senja penantian bodohku… kini harus segera kuakhiri…
Karena sia-sia, itulah yang akan aku temukan..
“ karena mimipimu hanya sekedar khayalan…
Takkan pernah kau temukan,
Takkan pernah kau dapatkan,
Hingga habis kata,
Hingga habis masa…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar