Minggu, 10 Oktober 2010

Bersama Eve

Hujan mengguyur perjalananku bersama Eve, sore itu. Sepanjang hari aku dirumahnya, hampir tak pernah ngobrol serius denganku, pasien yang begitu banyak berdatangan bahkan membuatnya lupa mandi dan makan. Rasa kasihan dan banggaku melebur menjadi satu, sahabatku ini betul-betul amanah menjalankan tugasnya. Sambil bermain dengan Daffa dan Daffi, mujahid kembar keponakannya, kami mencuri waktu mengobrol sedikit sementara ia masih terus “mengerjai” pasiennya.
Setelah sholat Ashar, kuutarakan niatku ingin pulang.
“Eve, Rein pulang dulu yah?”
“Ih, jangan! Tunggu dulu, nanti ku antar!”
“Hah? Ngga’ usah, aku bisa pulang sendiri kok! Lagian kamu juga belum pernah istirahat!”, tegasku.
“Plis dong Rein, kapan lagi aku bisa ngantar kamu pulang? Aku bersih-bersih dulu, jangan kemana-mana!”, setelah itu ia bersegera masuk ke rumah.
Meskipun sore begitu, tetap saja pasien berdatangan. Untungnya ada Sea, adik Eve yang paling bungsu, jadinya Sea yang sibuk melayani mereka. agak lama juga menunggu Eve. Akhirnya dengan pakaian rapi ia siap berangkat. Sayangnya, kami pun belum bisa berangkat karena Sea menggunakan motor ke tukang servis handphone tuk mengambil handphone-nya. Ketika menunggu Sea datang, seorang pasien datang, Eve hanya tersenyum tipis melirikku. Tetap dengan pakaian rapinya ia ramah melayani sang pasien. Ah, aku Cuma bisa geleng-geleng kepala. Baru kemudian pukul 05:00 sore kami bisa meninggalkan rumah. Setelah pamitan dengan Kak Dhana, Kak Ani, Daffi, Daffi, Sea dan Dewi.
Mengingat keadaan Eve yang belu pernah istirahat, aku masih tetap meminta untuk tidak usah diantar pulang, masih ada mobil angkot ke kampungku. Cukup mengantarku ke terminal saja.
“Kampungnya tidak terlalu jauh kan?”
“Nggak juga sih!”
“Ya sudah, aku antar sampai ke rumah!”
Sepanjang perjalanan tak pernah aku berhenti bertanya, mengajaknya bercerita. Sebab ia adalah pribadi yang tertutup bagiku. Ia memang tak banyak bicara. Hanya banyak mengungkapkan segala rasa dalam sikap dan tulisan. Ah, Eve.. sahabat yang aku temukan saat ujian akhir Nasional tiga tahun yang lalu. Kekuatan Rabithoh ternyata telah kuat merengkuh kami. Perkenalan singkatku dengannya, mengakrabkan kami meski hanya berbalas kabar lewat SMS dan bertukar cerita melalui telepon. Yang membuatku kadang terheran adalah cinta tulus persahabatan yang membuat kami sehati. Saat kuterjatuh dalam jurang pesimis, ia tiba0tiba datang dengan risalah semangat meskipun tanpa aku kabarkan keadaanku, atau disaat aku sakit entah mengapa ia merasakan di kejauhan, bahkan untuk hal-hal tidak aku sukai dan aku sukai , ia tahu walau tak pernah aku ceritakan padanya. Sedang aku? Tak sesering ia merasakan keadaanku, hanya beberapa kali saja mampu menebak bagaimana keadaannya disana.
Hujan yang deras tak lagi mampu kami tembus, jilbab dan jaket basah kuyup. Hingga kami memutuskan untuk singgah berteduh.
“Pengalaman seperti inilah yang tak mungkin terlupa!”, katanya melempar senyum.
Kubalas dengan tawa renyah. Hujan mulai sedikit mereda, sementara gelap senja mulai merangkak di atas langit membuat kami harus segera meneruskan perjalanan tanpa harus peduli dengan hujan. Kami menikmati hujan yang terus menerus turun membasahi bumi. Saat maghrib tiba, kami singgah di salah satu masjid untuk menghadap pada-Nya, mengistirahatkan sejenak raga dan jiwa dari penatnya dunia. Eve sekali lagi mengajarkanku suatu hal, tapatnya mengingatkanku dalam diamnya. Menegur dengan tak langsung sikapku yang ceroboh, ransel, helm, dan jaket yang aku letakkan sembarangan ia amankan di tempat yang baik. Teliti sekali!
Syukurku tiada henti pada Ilahi, telah mempertemukanku dengan seorang sahabat yang subhanallah.. baik, tawadhu, ulet, tekun, sopan, pandai dan peka.. Alhamdulillah!
Dan sepertinya perut telah meminta utuk diisi, di kampung orang seperti ini mana aku tahu dimana tempat untuk makan. Untungnya di perjalanan kami berpapasan dengan tukang bakso langgananku. Di depan warung orang lain kami makan sambil berbagi cerita, foto dan lagu favorit.
Eve... persahabatan kita telah terukir indah di lembaran hatiku...
Ukhuwah kita.. Ukhuwah coz Allah!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar