Selasa, 05 Oktober 2010

Cerita Dari "Laskar Ramadhan!"

Sebelum Ramadhan menjemput, saat aku lagi giat-giatnya belajar membuat proposal, tiba-tiba terbersit untuk melaksanakan ide setahun yang lalu yang sudah manis kurancang di buku diaryku... sayang, waktu dan mentalku (ketidak pede-an) berhasil menghalangiku untuk tidak mewujudkannya. Kebetulan sekali, kenapa niat ini tidak aku jadikan saja kesempatan yang baik untuk memantapkan pembelajaranku? Membuat proposal untuk Sekolah Ramadhan yang aku beri nama “Laskar Ramadhan”. Yeah.. berapa malam aku begadang suntuk belajar membuat proposal sesuai dengan rancangan kerjaku nanti. Diskusi dengan teman dan saudaraku yang sudah sangat berpengalaman masalah proposal, membolak-balik contoh proposal yang ada.. huah.. akhirnya selesai juga.
Tapi apakah proposal itu akhirnya mampu mewujudkan mimpiku mengadakan “Laskar Ramadhan”? yah, mari kita ikuti cerita selanjutnya!
Semangat yang menggebu mendorongku untuk menelfon Mama, meminta pendapat dan restunya. Meskipun sedang sakit kepala saat itu (Kalau sakit kepala Mama kambuh, Mama nggak bisa ngapa-ngapain), Mama menyetujuiku bahkan memberi semangat.
Belum sampai di kampung saja panggilan tugas sudah menggema, masih di jalan aku sudah dapat telfon untuk ikut rapat panitia Pesantren kilat. Ternyata minggu awal Ramadhan ini aku harus tinggal di kota Watan Soppeng dulu agar lebih dekat dengan daerah sekolah-sekolah. Semangat “Laskar Ramadhan” yang berkobar-kobar, akhirnya luruh.. kenapa? Sebab itu artinya, “Laskar Ramadhan” akan mundur satu minggu. Meskipun begitu aku masih berani dan masih ingin mengadakannya, kuutarakan niatku ini kepada bu Guru SMP di kampungku sekaligus menanyakan jadwal membawakan materi Pesantren Kilat nanti. Beliau sangat setuju, bahkan akan meminta murid-muridnya untuk meramaikan sekolahku nanti. Alhamdulillah..
Seminggu aku numpang di Kost teman, padahal banyak rumah keluaga yang bisa kau tumpangi.. hehe3x, lebih nyaman rasanya merepotkan teman daripada merepotkan keluarga. Hari-hari yang berlalu di minggu itu semakin meluruhkan semangatku akan “Laskar Ramadhan”. Ya Allah, beri Hamba Kekuatan untuk melaksanakan niat baik ini, bisik batinku tiap waktu.
Seminggu kemudian berlalu, aku telah kembali ke kampung. Bu guru talah menagih, namun jawabku hanya nanti dan nanti. Bergantian adik dan kakak di Makasar menanyakan “Laskar Ramadhan”ku.. aku jawab dengan lemas pertanda tidak semangat. Hingga kemudian sepatah kata dari seorang saudara memompa semangatku untuk segera mengadakannya.
“Bagaimana “Laskar Ramadhan”nya dek?”
“Belumpi kuadakan Kak!”
“Kenapa? Aish, KECEWAku dengarki!”
Kata KECEWA itulah yang membuatku bangkit.
Akhir minggu kedua kelas pertama kuadakan. Sebelumnya beberapa pengumuman telah kutempel di dinding papan pengumuman masjid dan kantor desa, bahkan dibacakan sebagai pengumuman sebelum shalat taraweh diadakan. Ada 17 santri, yeh lumayanlah untuk permulaan. Agak kewalahan juga, sendirian menghadapi santri dari berbagai tingkatan umur, yang paling muda belum cukup berumur 3 tahun, yang paling besar kelas 2 SMA. Ada kelas satu SD, SMP Kelas 1, 2, dan 3. Tiga kali seminggu kami belajar bersama dengan aula kantor desa sebagai ruang kelasnya. Kadang bingung materi apa akan aku berikan. Setelah satu materi tersampaikan, pukul 09:30 kami shalat Dhuha bareng di masjid, setelah itu tilawah sambil belajar tajwid. Sebelum nonton film edukatif sebagai agenda terakhir, kusampaikan satu materi lagi. Setelah dua kali masuk, aku melihat anak-anak mulai jenuh menonton film. Akhirnya, pengalamanku mengajar Kerajinan Tangan dan Kesenian maju menghadirkan ide segar. Ke toko membeli kertas kado, dan lem, kardus bekas sepertinya banyak di rumah. Cukup meminta anak-anak membawa gunting, apa yang terjadi? Tada... empat bingkai foto cantik jadi juga. Hanya bingkai duo Faisal dan Saiful yang agak kacau, maklum anak laki-laki. Bahkan tukang koran yang biasa mengantar koran ke kantor desa, meminta karya anak-anak untungnya duo Andi Dian dan Irma bersedia memberikan hasil karyanya. Melihat antusias anak-anak yang begitu besar dengan handycraft, kelas berkutnya kembali kuakhiri dengan membuat bingkai foto dari koran bekas. Cantik! Bahkan sepupuku, Andi Angga ketagihan maunya bikin bingkai melulu. Kelas berikutnya agenda terakhir kembali menonton film agar ada selingan. Games yang kudapat dari tarainer handal kupraktekkan, hasilnya tidak hanya membuat anak-anak kembali bersemangat bahakan kelas jai riuh oleh teriakan dan tawa mereka. Dasar anak-anak! Handycraft yang aku praktekkan semuanya berbahan sampah, iya dong, aku kan anggota KPS (Komunitas Pencinta Sampah, gitu loh!). ada bunga dari bekas minuman kaleng dan bungkus mie atau sabun bekas, ikan dari bungkus susu bekas dan asbak dari bungkus rokok bekas...
Aku senang bisa berbagi dengan mereka, sehari sebelum pulang setiap anak yang pernah ikut aku beri sertifikat. Setiap sertifikat tertulis nama mereka dengan gelar yang dinginkan kelak besar nanti lengkap dengan cita-cita masing-masing. Sertifikat adikku, DR.drh. Andi Thariza Nagauleng, calon dokter hewan. Beberapa orang tua santri tertawa-tawa melihat sertifikat itu, ucapan “amin..’ dari bibir mereka tanpa disadari adalah dorongan harapan semoga Allah mengabulkan semuanya... amin...
Akhirnya “Laskar Ramadhan” berakhir tanpa proposal yang pernah aku buat sampai begadang beberapa malam. Bahkan di-print pun tidak! Sedianya proposal itu akan aku serahkan kepada ketua KUA di kecamtanku, bahkan Bupati Soppeng.. Namun Allah ingin menunjukkan padaku bahwa dengan Pertolongan-Nya aku bisa menyelesaikan tanpa harus menengadahkan tangan kepada mereka meminta dana... subhanallah.. Maha Suci Engkau Ya Robb...
Tahun depan semoga aku bisa mengdakannya lebih baik lagi!
Terima Kasihku kepada kalian yang telah membantu..
Terkhusus kepada kedua orang tuaku.. yang selalu mengingatkan. Bapak yang marah kalau aku terlambat berangkat ke sekolah atas izinnya Aula kantor desa bisa aku jadikan kelas, dan mama yang selalu ingin melihat hasil karya anak-anak.
Kepada saudaraku yang telah menyemangati, adik-adik Ibnu Qolby yang senantiasa mengingatkan.
Bu Hajjah Suarni atas semangat dan dukungannya, yang mau menggiring anak-anaknya untuk ikut sekolah...
Om Baco yang mau aku repotkan, nge-print sana-sini..
Orang tua santri yang menyuruh anak-anaknya ikut berpartisipasi..
Para santri yang aku cintai karena Allah:
Irma
Andi Dian
Andi Angga Dwi Putra
Faisal Sudirman
Gita Sutina
Ruli
Mauli
Abdullah Mustaqim
Ainul
Saiful
Awal Ramadhan
Husnul Fathimah
Yudha
Andi Esse
Silva
Evi
Risma Dilla
Nuriah
Andi Thariza Nagauleng
Emi
Risna
Jumarni
Tanpa kalian apa gunanya “Laskar Ramadhan”...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar