Sabtu, 19 Juni 2010

Dia dan Sebuah Ungkapan

Siapapun yang datang kemudian pergi dan menghilang, adalah bagian dari isi album kehidupan. Ada yang menitipkan fotonya untuk dikenang. Bersama sejenak, hanya tuk mengukir sedikit kenangan. Ia beri mereka apa yang hendak dilakukan. Ada yang masih menikmati pemotretan, ada yang ingin kembali melihat fotonya, atau memperbaiki model yang mungkin baginya sudah kuno, atau bahkan ingin menarik diri bersama kenangan yang telah ia beri, foto diambilnya dan halaman itu dibiarkan kosong.

Tetap saja cukup baginya ruang sunyi. Tempat ia bisa hidup, dan merasakan kehidupan. Menemukan si ide dan insprasi, yang muncul tenggelam dari pelangi yang ia gantungkan di langit-langit jiwanya.. seorang teman selalu bertanya padanya di tangga, “Mengapa selalu menyepi?”. Dijawabnya dengan sepotong senyuman. Begitulah...

Tak ada yang mampu menebak ia. Dibiarkannya orang memberi pandangan sendiri. Riak air yang bergerak perlahan memantulkan wajah yang samar, kadang terlihat bahagia padahal hakikatnya sedih adalah tema ukiran hati, merenung saat ia paham kekurangan dirinya. Memilih menarik tali amarah dan menyimpulkannya kuat-kuat dalam katupan bibir, diam.. Atau yang paling sering ia katakan pada dirinya “Apapun dihadapan, semuanya lucu. Tersenyumlah, jangan ngakak. Sudah cukup beberapa yang mengambil kesimpulan bahwa engkau tidak waras!”. Hadapi dengan tenang..

Sebuah bencana terakhir saat senja adalah keinginannya untuk pergi. Saat tak menemukan diri di ruang kecil waktu bertanya. Tapi hendak kemana tanpa melihat langit? Biru langit menjadi batas jarak pandang, dimana kaki berpijak dongakkan kepalamu ke atas dan bohong jika kau tak melihatnya. Entah masihkah ia berbaju biru ataukah telah merubah diri, mencekam bumi dengan hitamnya. Sedang di tempat ia kini berada, yang diberi adalah ilmu langit.

Kini berteman pena, walau kadang malam terasa begitu singkat. Tak pernah cukup memberi masa untuknya mengasah pena. Masih tetap tumpul seperti dulu. Tapi kertas maupun layar selalu saja bersedia menampung jejak pena yang tertinggal. Terima kasih untukmu...

Hidup selalu memberi pilihan untuk bahagia, begitu kata seorang teman. Maka biarkan ia dengan jalan yang ditempuhnya. Bila terlihat kesalahan muncul di permukaan, berilah peringatan dalam nasehat cinta. Dan sebelum itu engkau lakukan, terima kasih dihaturkannya sepenuh hati... :-D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar