Jumat, 26 Februari 2010

Rey Sedang Jatuh Cinta




Dihadapanku, tak seperti biasanya ada ceria yang terpaksa ia gambarkan, ada senyum canda yang seolah menyembunyikan sesuatu. Ah, ia tak bisa membohongiku. Semoga tak separah yang kuresahkan, semoga tak seberat perjuanganku melawan cinta, semoga tak seberat apa yang terbebani di jiwa.. Dan akhir semua harap tentu saja, amiin.. Engkau kabulkanlah duhai Robby, Tuhanku..
Di suram wajahnya yang kutemui saat duduk sendiri, kutak bertanya ada apa dengannya, kutahu apa yang terasa akan ia tumpahkan padaku. Bila memang tidak, aku pun tak meminta, bukan? Kuhampiri dengan senyum,
"assalamu 'alaikum, Rey!" bisikku pelan, kutakut membuatnya terkejut.
"wa'alaikum salam!", jawabnya lemah tanpa sedikitpun wajahnya ingin berpindah dari sedih itu. Kududuk di sampingnya, sedang mataku mengikuti ke titik mana pandangannya ia jatuhkan.
"aku jatuh cinta, col!", gumamnya kecil. Meski terdengar jelas di telingaku namun ku tak ingin yakin bahwa ia mengucapkan itu.
"ah,..!" tentu saja maksudku tak percaya pada apa yang baru saja ia katakan. "mungkin sulit untuk dipercaya, atau bahkan mungkin lucu bagimu, tapi inilah yang kurasa, ancol!", nadanya berat sambil menatapku tajam, kutahu ia sedang coba yakinkanku.
Tapi ah, saudariku... Kutahu engkau jauh lebih kuat dariku dalam segala hal, apalagi yang ini. Bukankah sejak awal engkau banyak menasehatiku tentang ini?, lalu?
Saudariku mengapa hal ini bisa terjadi padamu?
"biasa saja! Jatuh cinta itu fitrah. Asalkan semuanya bisa proporsional, ukhty!" nasehat saudariku yang lain.
"kutahu ini salah, belum waktunya. Tapi aku sedang dalam perjuangan mengobati diri dari gerogotan virus ini, bantu aku yah?", lanjut Rey.

Sejak saat itu kulihat ia menyibukkan diri, tak lagi sering menyendiri. Bahkan buku-bukuku pun dilahapnya. Ah, dia betul-betul berjuang. Waktu berlalu bersama genderang perang yang ia pukulkan. Berhari-hari, ia bahkan jarang di rumah. Ia lebih memilih berlama-lama di rumah teman atau di rumah Hana, anak privatenya.
Hingga suatu hari ia datang padaku, dengan buliran mutiara yang menggantung di pipi hingga ke sudut matanya.
"sulit!!!", katanya.
Rey, kulihat kau dengan perjuangan berat dalam hitungan hari ini, menyibukkan diri, kesana kemari, tapi ternyata hal itu masih mengurungmu dalam perangkap resah?.
"jangan terlalu banyak memikirkannya, fokuskan dirimu pada hal lain.. Tenang saja waktu akan menjawab usahamu!", mungkin aku sedang sok bijak.
"aku ingin melupakannya!", desahnya
"itu tak mungkin, Rey!"
"mengapa engkau melemahkanku? Katakan aku pasti bisa melakukannya!", pintanya
"engkau tak perlu melupakannya, sebab Allah telah takdirkan ia hadir mengambil peran dalam cerita hidupmu! Engkau cukup mengubah rasa, menghapus rona pink di hatimu, membunuh virus yang telah mengjangkiti!"
"tapi mengapa begitu lama?", keluhnya lagi
"Allah sedang mengujimu untuk lebih dewasa, bukankah itu yang kau inginkan?"
"ya!, semoga tak lama lagi", ia menghibur dirinya.


Kami semakin sibuk di kampus. Tugas-tugas seperti hewan buruan, kadang sulit ditemukan, kadang mudah ditangkap. Senjata yang lengkap ternyata tak menjamin hewan buruan itu mudah didapat.
"i used to think that i could not go wrong, and life was nothing but that an awful song..."
I Believe I Can Fly-nya R.Kelly mengalun lembut dari hapeku, itu sebuah risalah sedang diterima.
Hm.. Dari Rey!
Baca pesan
klik!
"kepada ia, yang telah aku jatuhkan cintaku padanya, yang telah menyuguhkanku perjuangan panjang nan berat untuk menganggap semua biasa-biasa saja, memberiku solusi terbaik untuk mengakhiri kisah kelam ini: ketika kudengar bahwa ia akan menikah! :-D "
Deg, jantungku berdegup keras. Ada sedih yang menohok ulu hati..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar