Akal yang telah diberi Allah, sesungguhnya ada di hati untuk berpikir. Maka bila selama ini kita menunjuk kepala untuk mengatakan "pikir dong?!" kelirulah kita. Karena proses berpikir ada di hati.
Berpikir besar, bukan berarti memikirkan diri menjadi besar. Tapi membuka pikiran kita dengan masalah-masalah besar. Selama ini pikiran kita setiap harinya hanya dihabiskan untuk memikirkan hal-hal kecil, lihatlah problema apa yang menghiasi kehidupan sehari-hari kita. Masalah dengan sahabat yang telah buat kita kecewa, bombekan dengan teman, perang mulut dengan orang tua, berantem dengan saudara. Ah... kalau semua waktu dihabiskan hanya untuk itu, maka kapan kita akan memikirkan bangsa kita yang terpuruk ini? Kapan kita akan mulai berpikir tentang masa depan kita? Kapan kita mulai merenungi kontribusi apa yang akan saya berikan untuk keluarga, agama dan bangsa? Kapan? Dan kapan?
Pikiran kita disibukkan dengan hal-hal sepele yang membuat jenuh kehidupan kita. Hidup rasanya tidak menantang. Sehingga jika ada masalah yang tidak seperti biasanya tiba-tiba menjadi besar dihadapan kita karena tidak terbiasa dengan hal-hal yang berbeda. Padahal mungkin saja masalah itu belum sebesar apa yang sebenarnya..
Akal yang diberi Allah akan tidak terpakai secara optimal. Sesungguhnya, banyak problema yang harus kita pecahkan. Banyak buku, majalah, artikel yang perlu kita baca untuk membuka mata kita. Atau cobalah menengok keluar sangkar. Sebab realita yang terjadi akan membuatmu menangis, hingga menyesal.
Open your eyes, open your mind and open your heart!
Ladang da'wah telah melambai-lambaikan tangannya. Memanggil-manggil kita. Menunggu-nunggu peran kita.
Saudariku tak ada alasan bagi kita untuk masih berkutat dengan problema kecil..
Menghadapi masalah besar, mari berpikir besar, dan temukan solusi besar!
Dan...
Tentunya,
jalani semua dengan
Semangat besar!
Untung berpikir besar, saya setuju. Tapi dengan premis anda yang mengatakan bahwa akal itu ada di hati, saya masih sangsi. Selain tidak menyertakan bukti-bukti pendukungnya. Anda juga tidak mengatakan dari sudut pandang mana anda memandang akal dan hati. Karena sejatinya, keduanya adalah abstrak. Bukankah hati tempat merasa (secara psikologis) itu berbeda dengan hati untuk menangkal racun (secara biologis).
BalasHapus