Minggu, 17 Mei 2009

Pesanku Pada Rinai Hujan



Ingin kusampaikan asaku pada rinai hujan yang berjatuhan. Biar ia klatakan pada bumi bahwa aku banyak bermimpi. Bahwa aku disini sedang ingin menggapai. Bukankjah alirannya akan serapi setiap celah tanah kering?
Rinai hujan, padamu inginku bersenandung, menyanyikan lagu kehidupan yang sebentar lagi 20 tahun akan berumur. Moga tak pernah jenuh, moga masih tersenyum. Meski kilat dan petir menghentakkan jiwa yang terlarut dalam bahagia. Sudahlah, aku masih ingin bernyanyi…
Jejak-jejak kelam yang terlewati, semoga tak lagi aku bisa disusuri, mengingatnya semoga hanya menjadi renungan agar aku tak lagi melaluinya. Berkaca pada mereka yang telah lalui jalan pasti, jalan cinta. Karena jalan itu, perih menemani mereka, derita mengiringi, dan duka mendampingi, tapi mereka telah temukan hakikatnya. Buah telah dipetik dan dinikmati. Pesan mungkin banyak mereka ceritakan. Disitulah, aku memandang, kelak akan capai mimpi.
Tapi hatiku kadang tak tentu, masih tersisa sesal dan noda masih banyak. Keruh, begitulah ibaratnya. Peluh masih aku seka dan noda masih banyak. Tak mampu merasai dan sering tumpah air matanya.
Mungkin aku akan berteman sesal tuk selamanya...tapi aku tak ingin lemah..
kesal telah menjadi rasaku sekarang. Kesal pada diri yang hanya terus begini. Aku tak merasakan perubahan berarti. Hujan mulai mereda. Oh, tunggu.. nyanyianku belum selesai. Jiwaku tak lagi merasakan hangatnya istigfar dan aku tak ingin istigfar saja. Aku ingin terpekur dalam sajadah yang telah basah oleh rinai air mataku seperti tanah oleh air hujan.
Ya.. Allah.. bangkitkan aku lagi.
Biarkan hujan semakin panjang.
bersama deru angin yang berhembus, di rinai hujan... aku berdendang agar derasnya basahi kering jiwaku...
16:31
18 mei

1 komentar:

  1. Tatkala langit meneteskan
    tetesan-tetesan air matanya
    atas siapakah gerangan
    ia turut berduka?
    Apakah mungkin saja,
    di suatu tempat,
    ada seseorang yang sedang menangis
    dan meratapi kesedihan?
    Mungkinkah, langit begitu tersentuh
    dan tanpa disadari,
    meneteskan air matanya
    turun ke dunia yang fana ini sebagai tetesan air hujan?


    JANGAN BERSEDIH SAUDARIKU, LIHATLAH BIAS-BIAS PELANGI PADA JIWAMU YANG TEGAR. TETAPLAH SEMANGAT

    BalasHapus