Andai saja Ka'b bin Malik tahu ganjaran berupa kembalinya ia tanpa dosa seperti sejak dilahirkan ibunya dengan mengemukakan alasan sebenarnya tak ikut perang, apakah tak perlu ia merasakan derita yang amat sangat menyakitkan? Apakah tak perlu tersiksa oleh pengucilan Rasul dan para sahabat? tak perlu resah akan salam yang tak terjawab karena ada hasil besar menunggu dihadapan? Pun tak perlu menjauh menyendiri di bukit sebab pengampunan dosa menanti? Tapi, seorang Ka'b meski tahu itu akan ia terima tentu tak wajar bila ia bahagia dengan ketidakpedulian orang-orang yang dicintainya. Bahkan istri tercinta diminta untuk menjauhi sampai jawaban dari Ilahi ada untuknya.
Dari seorang Ka'b saya belajar tentang kejujuran.. Tentang bisikan nurani yang didengarkan dan diikuti hingga menyelamatkan bahkan melegakan. Ka'b telah menuruti rengekan nuraninya untuk mengakui..
Lalu bagaimana aku? Akankah masih terdengar bisikan dari kebeningan nurani yang letaknya di hati?
Masihkah hati menyerukan suaranya? Masihkah ia berani menegur saatku tersalah?
Aku kembali menanyakan hati yang telah bekerja selama 21 tahun ini. Entah, aku tak merasakan ia suci dari noktah hitam dosa yang membelenggu tapi tak ingin pun mengakui ia penuh lumpur sebab itu artinya cahayanya meredup, meski mungkin itulah keadaannya. Oh, andai saja semua orang kini diminta menghadap Ilahi Robby sambil membawa hati masing-masing, aku tak ingin bergegas sebab kumalu menenteng hati yang keruh dan mungkin telah menumpul. Pun tak ingin seperti Ka'b yang menunda-nunda hingga tak ikut bersama yang lain.
Hati ibarat gumpalan besi yang masih utuh. Dosa kemudian awalnya hanya bagai api yang memanaskannya hingga merah menyala. Lalu ketika dosa-dosa terus berlaku oleh raga, ia kemudian menjelma menjadi palu yang menempa.
Kutengok hatiku di dermaganya, kutak yakin apa masih berbentuk seperti mulanya ataukah telah menipis oleh dosa hingga nanti mudah terpatahkan dan rusaklah sang hati. Naudzubillah..
Duhai Robby... di tengah malam sunyi yang hanya diwarnai nyanyian makhlukmu, kuberharap mampu mendengar bisikan nurani. Menghitung diri dibertambahnya umur. 21 sudah aku menetapi bumi-Mu namun aku telah lakukan apa? Dan kurangkai lagi tanya, hendak kulakukan apa di sisa umur ke depan?
Mimpi-mimpiku terus bertambah di catatan depositnya, tapi bagaimana aku wujudkan dalam nyata? Kerja-kerja apa tubuhku telah bergerak?
Duh, Robby ampunkan khilaf yang selalu ada ini.. Kumenunduk dengan tangan bertangkup di wajah, malu akan diri (sangat). Kesempatan dihadapan kumohon beri aku kekuatan agar mampu mengisinya dengan banyak berbuat manfaat. Semakin mencintai-Mu, semakin dekat dengan-Mu, dan cintaku pada apapun di dunia menjadi sederhana. Izinkan aku menunaikan tugas meraih segala mimpi karena-Mu.. Berjuang di kehidupan untuk-Mu! Sebab kupercaya pada janji-Mu!
Amin Ya Robbal 'Alamin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar