Kamis, 06 Mei 2010

The Answer : Silent!




Tidak semua pernyataan membutuhkan kata sebagai bantahan. Pun tidak semua pertanyaan mesti kita jawab dengan lisan yang mengeluarkan kata. Kadang diam sudah cukup menjadi jawaban sekaligus komentar dari diri kita. Sebab boleh jadi jawaban yang terlontar adalah olahan kasar dari hati yang bercampur dengan sedikit (mungkin banyak!) emosi, berlumur egois, dan membawa sebilah pisau.
Hingga perih tak mampu terelakkan dan luka mungkin parah akibatnya. Alasan yang tak masuk akal baiknya tak usah menjadi tameng dengan maksud membela diri, padahal bisa jadi justru memperparah keadaan. Diamlah, dan pikirkan sejenak apa yang harus engkau katakan untuk melegakannya dan bagaimana menjawabnya!
Akuilah bila memang kau salah, jujurlah dan katakan apa adanya. Jujur tidak semua akan menjatuhkan. Bisa jadi kejujuran kita mengajarkan ia arti tawakkal. "Bersiap menerima apa yang terjadi."
namun bila diam adalah hal terbaik yang bisa dilakukan, maka diamlah. Dengarkan ia menumpahkan segala kecewa dihatinya, sampai habis, sampai kosong!
Biarkan dia tak meninggalkan sakit sedikitpun. Hingga ia merasa puas katakan semua yang ia rasa.
Lalu setelah itu, mintalah waktu tuk mengemukakan alasan kita. Katakan apa yang ada di pihak hati.
Hidup hanya begini!
Jujur-bohong, bicara atau diam, tangis ataupun tawa adalah pilihan begitu pula dengan derita! Dan hak kita untuk memilih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar