Kamis, 20 Mei 2010

Benci karena Allah!

Benci, keberadaannya di hati oleh satu dari dua alasan. Benci yang tumbuhnya karena ditanam oleh syetan atau benci yang bermula dari niat suci karena Ilahi. Benci memang tak suka. Tapi kita lihat disana di ujung lorong hati, ketidaksukaan itu berawal dari mana? Apakah dari suksesnya syetan merayu atau dari hati nurani yang Allah datangkan melalui bisikan?
Aku berdiri dalam ruang benci dihati, pintu-pintu yang terbuka kepada siapa sajakah?
Ada pintu yang berterali besi, kuat dan kokoh. Tak mudah dihancurkan. Kuputar kunci yang melekat, dan kubuka perlahan-lahan. Kutengok, namun tak ada yang jelas hingga tak mampu kukenali siapa. Kabut tebal mengurangi jarak pandang. Kabut yang tak biasa, ianya hanya menutupi wajah. Riuh: tangis, umpatan, tawa sinis, rayuan gombal hingga erangan kesakitan memenuhi ruangan. Aku benar-benar tak suka. Antara amarah menyatu dengan kesedihan mendorong tumpukan mutiara yang kemudian terjatuh menjuntai di pipiku. Ada anak-anak yang dipukuli ayahanda, bunda yang mulutnya penuh umpatan, hingga rayuan gombal mereka caranya yang salah "mencari" uang. Aku tak peduli wajah, yang aku miriskan adalah sikap yang seharusnya tak begitu. Mungkin inilah benci karena Allah.. Membenci bukan pada orangnya tapi pada keburukan yang ada padanya.
Semoga! (sebab tempatku memandang tak sama dengan kalian..)
Masih ada pintu yang lain, tapi kutak yakin atas dasar pondasi apa pintu itu dibuat. Iman dihati, masih ringan begitu. Hingga angin kecil mudah menerjangnya, mempermainkannya di udara. Lalu lama masanya tuk terjatuh lagi ke tanah. Ukhuwah, tolong jangan buatku pesimis sendiri. Sebab diam tempatku menarik simpul amarah, kutahu tak akan terus menguat ikatannya. Suatu saat ada masa dimana ia terurai. Talinya yang memanjang akan membuatku terjatuh karena terinjak saat berjalan. Oh, betapa sangat kutakutkan itu terjadi!
Benci karena Allah, mengapa bukan karena itu semua pintu-pintu itu ada.
Syetan yang pandai menggoda atau memang karena kelemahan diri. Keduanya seperti benar menjadi alasan.
Maka ku ingin kembali, seperti dulu.
Saat kubaru mengenal dunia ini. Ketika azam melebur bersama semangat. Belajar mencintai karena Allah, belajar membenci pun karena Allah... Insya Allah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar